Pk. 10.30
Pengadilan Negeri Situbondo dibakar dengan bensin diperoleh dari pom bensin
Jalan Panglima Besar Sudirman dekat pengadilan. Mobil dan sepeda motor yang
dijumpai dibakar. Datang beberapa truk bermuatan 2000 (dua ribu) massa lebih
dari arah barat.
Pk. 10.30-11.00
Massa membakar dan menghancurkan GBI (Gereja Bethel Indonesia) Bukit Sion
yang berseberangan dengan Pom Bensin dan dilewati massa bila menuju
Pengadilan. Tembok-tembok dijebol, semua perabotan dibakar hingga jadi abu,
apalagi penyulutnya bensin yang berlimpah. Tak cukup membumi hanguskan,
penghujatan terhadap Kekristenan juga ditulis besar-besar di dinding Gereja,
"Yesus Tae, Yesus Juru Selamat Tae Jahanam, Bunda Maria PKI, Perampok
Akidah, Bangsat Tai, Kami Umat Islam Marah besar kalau di tempat ini
dibangun gereja lagi!!!!"
Pk. 11.00
Seluruh Gereja di dalam Kota Situbondo dibakar, dalam waktu relatif sama :
Para aparat banyak yang tahu hal itu tapi tak berbuat apa-apa, hanya menonton saja. Tindakan pengamanan seolah tindakan pendamping di kiri-kanan jalan massa yang bergelombang besar, supaya massa tidak mengamuk ke rumah penduduk di kiri-kanan jalan. tetapi persuakan gereja mereka biarkan, tak dicegah. 'Persenjataan' massa memang lengkap, pentung kayu, besi, dan berbagai peralatan untuk meluluh-lantakkan bangunan gereja yang ditemui, bahkan ada pula ditemui yang membawa clurit.
Mereka menghancurkan Gereja-gereja yang sudah dibakar GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan), Gereja Katolik hingga tak beratap, SDK Franciscus Xaverius, SMP Katolik. TK, SD, SMP Imanuel Kristen di Jl.Anggrek juga tak beratap lagi, hancur lebur semua di dalamnya.
GPDI (Gereja Pantekosta Di Indonesia) yang ditemui di Jalan Ahmad Yani juga tak luput dari rangsekan massa, semua kaca nako dipecah, parabola dibongkar, dapur, ruang makan dibelakang gereja hancur, bangku-bangku remuk lebur. GBIS (Gereja Bethel Injil Sepenuh) juga di jalan Ahmad Yani pun tak berbeda, bahkan instalasi listrik juga dibongkar dengan penuh semangat. Atap rubuh dimakan api, tembok-tembok dilobangi, kayu dan bebatuan berserakan di tanah. Gereja Sidang Jemaat Pantekosta (GSJP) di Jalan Argopuro bernasib sama.
Di GPPS (Gereja Pantekosta Pusat Surabaya) Jalan Basuki Rahmad lebih tragis. Lautan massa yang mengepung setiap gereja yang ditemui, di sini pun mengepung GPPS. Pada saat itu di GPPS yang menjadi satu dengan Paroki (Rumah Kependetaan) ada tujuh orang : Pendeta Ishak Kristian (70 th), Ny. Ribka Lena Kristian (istri, 67 th), Elizabeth Kristian (Anak putri yang mau menikah bulan Desember, 24 th), Rita (pekerja Gereja, 20 th) dan Nova Samuel (Keponakan, 15 th), Didit (Yohanes) dan Andi(Andreas). Terjebak di kobaran api, mereka tak bisa keluar dari Gereja/Rumah Paroki karena massa mengepung dengan ganas berlinggis, kayu, martil. Didit dan Andi berhasil lolos sedang lima yang lain tewas terpanggang. Pendeta Ishak terpanggang di kamar tidur, Nova di kamar mandi dalam kamar tidur, tiga yang lain terpanggang di dapur. Didit dan Andi lolos dengan memanjat genteng, Andi jatuh dari loteng/tangga hingga kakinya luka dan Didit luka di tangan. Sungguh tragis dan sadis.
Sementara api terus melahap semua bangunan hingga menjadi puing-puing massa melakukan juga melakukan perusakan dan perampasan toko-toko masyarakat, hingga tak satupun toko buka di hari sangat kelabu itu. Bahkan BCA pun tak luput akan diserbu juga sebagaimana halnya toko-toko yang pemiliknya Kristen atau warga keturunan Cina. Di BCA, dicegah dengan kata-kata, "Kyai-Kyai banyak yang menyimpan uangnya maka mereka pun urung menghancurkan Bank ini." Menurut sumber lain mereka pun urung menyerbu suatu gedung bila di situ ada Kyai yang duduk-duduk di depan gedung termaksud. Ada komando dari tokoh mereka, termasuk saat akan menyerbu suatu toko namun dilarang sehingga mereka menghentikan niat itu.
Pk. 13.00-13.30
GKJW Jalan Anggrek yang berseberangan dekat dengan TK, SD, SMP Kristen
Immanuel dibakar sampai ludes.
Pk. 14.00
Panti Asuhan Buah Hati milik GPPS Gang Kharisma dibakar hangus ludes. Panti
Asuhan untuk anak yatim piatu dan tak mampu yang baru dibangun 3 bulan lalu
hancur tak beratap, semua perabotan ludes terbakar, rata dengan tanah,
tembok depan jebol.
Pk. 15.00
Desa Ranurejo Kecamatan Banyuputih (8 Km + masuk 2 Km =10 Km dari Asembagus)
GKJW Induk dibakar.
GKJW Pepanthan (Cabang) Sidodadi dibakar.
GKT Santo Yosep dibakar.
Pk. 15.00
Massa mengamuk di Santo Yosep Asembagus.
Pk. 15.30
Massa sudah sampai didepan gereja Ranurejo 2 truk,10 sepeda motor dan
1 pick up.
Massa,rata-rata anak pakai celana abu-abu,kaos oblong dan orang-orang
dewasa sebagai penggerak. Rombongan diawali dengan motor, di depan
sendiri ada Kapolsek sebagai pembuka jalan dan di susul motor dan truk,
ditambah lagi satu truk dari desa sekitar Ranurejo. Jadi jumlah total tiga
truk, kira-kira 10 sepeda motor, 1 pick up, mereka tanpa teriak-teriak di
jalan. Waktu sampai di depan gereja satu orang dewasa berteriak "Hidup
Islam" dan melemparkan kerikil + pasir disusul orang-orang serta anak-anak
turun dari truk dan melempar, sebagian masuk gedung gereja barang-barang
yang berat dihancurkan didalam & sebagian dikeluarkan & ditumpuk tepat
dimuka gereja. Dengan membawa palu, arit, pacul. linggis serta beberapa
jerigen 10 liter yang berisi bensin. Tumpukan barang yang sangat tinggi dan
mencapai atap di siram bensin dan dibakar. Api yang besar menjalar ke gereja
dan membakar gereja. setelah "puas" mereka melanjutkan perjalanan ke GKT
yang jaraknya 400 meter dari GKJW Ranurejo. Mereka mengancam sejumlah warga
supaya tidak mencoba memadamkan api, kalau nekat akan dibunuh.
Warga akhirnya pulang ke rumah dan sebagian besar ibu-ibu kumpul di rumah beberapa warga dan menangis. Sebagian bapak-bapak yang tidak menyaksikan juga berkumpul & menangis di rumah (kaset kesaksian bagaiman perasaan warga bisa didengar).
Camat + Muspika , Korem, aparat desa, Kapolsek ada ditempat kejadian dan menyaksikan secara langsung tanpa berbuat apa-apa! Masyarakat/Perusak pun tahu kalau ada camat, kapolsek, Korem ada disana, mereka tahu kalau itu camat mereka tapi mereka tidak peduli. Bahkan dengan semangat sekali meneriakkan yel-yel "Hidup Islam" sambil menghancurkan gereja.
Pada perusakan geraja yang kedua di GKJW Ranurejo disertai dengan pembakaran rumah pendeta. Ibu pendeta dan anaknya (5 tahun) masih ada di dalam rumah ketakutan dan tidak bisa berjalan, langsung diseret oleh dua orang pemuda (Ating dan Eko) dan diungsikan ke rumah Bapak Supranowo. Setelah puas dengan pembakaran yang kedua di GKJW Ranurejo mereka melanjutkan perjalanan ke GKJW Ranurejo Pepanthan Sidodadi (Cabang).
Pukul 16.30 - 17.00
Mereka membakar dan menghancurkan GKJW Pepanthan Sidodadi yang usia
bangunannya belum genap satu tahun (8-9 bulan) dengan iuran warga yang
kondisinya sangat miskin (dilihat dari rumah-rumah warga sekitar yang
rata-rata dari gedek tanpa jendela dan lantai tanah).
Setelah dari situ mereka melanjutkan ke Wonorejo.
Pk. 17.30-18.00
Dari Ranurejo, massa balik ke Wonorejo (kurang lebih 26 km dari Ranurejo,
daerah pantai pelosok). GPDI, GKJW, GBT , Kapel Katolik dibakar habis.
Salah satunya merupakan bangunan yang belum genap satu bulan direnovasi.
Massa perusak (remaja/anak-anak SMA) diangkut 3 truk, dan kurang lebih 30
sepeda motor (dewasa) sambil membawa berbagai macam senjata tajam. Warga
yang ada di sekitar banyak yang lari dan sembunyi di hutan.
Jumlah Gereja, Sekolah Kristen/Katolik, Panti Asuhan
21 dibakar
9 dirusak dan dihancurkan.
Jumlah total yang dibakar, dirusak dan dihancurkan 30 bangunan