Dari informasi-informasi yang kami peroleh mengenai kerusuhan yang
meledak di Tual akhir bulan Maret 1999, terdapat petunjuk bahwa banyak kesamaan pola
antara kerusuhan Tual dan kerusuhan Ambon. Artinya, telah terjadi pengulangan pola
kerusuhan Ambon di Tual. Hal ini mendukung petunjuk tentang adanya upaya pelebaran
kerusuhan dan upaya melanggengkan kerusuhan di Maluku.
Faktor pemicu : sentimen Agama
Sama dengan kerusuhan Ambon, faktor pemicu kerusuhan Tual
mengandung muatan sentimen agama. Sedikitnya, dua hari sebelum kerusuhan meledak (28/3),
muncul tulisan yang menghina Yesus di daerah Kiom. Tulisan itu kemudian bersahut di daerah
Wearhir (29/1) dengan nada mengejek Nabi Muhammad SAW. Saat itu, isu telah beredar bahwa
akan ada aksi-aksi kelompok massa tertentu dengan warna agama.
Pematangan Kondisi, Selasa 30/3/1999
Sekitar pukul 13.30 wit massa yang berasal dari desa Dullah, Gadi,
Tamadan, Letman, Ohoitahait, bergabung dengan massa yang ada di Kota Tual dan membagi diri
dalam tiga kelompok. Kelompok massa I berkumpul di Mesjid Raya Tual dengan arahan dan
komando yang menggunakan pengeras suara. Kelompok II berkumpul di daerah Jiku Ampat dan
Kiom. Kelompok III berkumpul di daerah Wearhir. Setiap kelompok terdiri dari sekitar 200
s/d 300 orang dengan memakai ikat kepala putih. Serangan ini berakhir pukul 17.30 wit.
Penyerangan terencana
Penyerangan yang mengarah ke pemukiman-pemukiman mayoritas Kristen
nampak terrencana. Selain penggunaan identitas yang sama, kesiapan senjata dan taktik,
setiap kelompok penyerang mengarah ke target tertentu yang meliputi sebagian besar
pemukiman Kristen di kota Tual. Kelompok I menyerang melalui jalan samping lapangan
Lodar El memasuki kuburan umum dengan sasaran pemukiman Kampung Pisang dan Petak Dua Puluh
di sekitar pekuburan umum. Massa penyerang bergerak sambil menggusung keranda. Massa yang
diserang disekitar kuburan umum itu tidak menyangka bahwa keranda yang dipikul itu penuh
berisi senjata panah/panah api, tombak dan parang yang kemudian dipakai menyerang dan
membakar pemukiman mayoritas Kristen, Kampung Pisang dan Petak Dua Puluh. Kelompok II
menyerang melalui jalan menuju ke Kuburan Cina dengan sasaran pemukiman Kristen di daerah
Kubur Cina dan Kampung Mangga. Di pemukiman ini terletak gedung Gereja GPM Sion dan
Perumahan Klasis Pulau-Pulau Kei Kecil. Kelompok III menyerang melalui jalan baru Wearhir
dengan sasaran Kampung Baru dan Un. Kelompok ini dapat dihalau oleh penduduk. Laporan yang
kami terima menyatakan bahwa serangan yang dilakukan itu menggunakan pengeras suara dari
Mesjid Raya Tual.
Aparat Keamanan Tidak effektif
Sama seperti kerusuhan Ambon yang meledak 19/1, kerusuhan di Tual
bisa meledak karena aparat keamanan bertindak tidak effektif. Isu penyerangan yang telah
beredar sebelumnya nampak tidak diantisipasi dengan tindakan pencegahan dini, atau
membubarkan massa yang mulai menumpuk tgl. 30/3 di pusat kota Tual. Kejelasan identitas
massa yang menumpuk itu sekaligus menunjukkan adanya gerakan terorganisasi. Tanpa gerakan
penangkalan ABRI, massa dengan leluasa bergerak sekitar pukul 04.30 wit menyerang
lokasi-lokasi yang dikenal sebagai pemukiman mayoritas Kristen, yaitu Kubur Cina, Kampung
Baru, Kampung Mangga, Kampung Pisang dan Petak Dua Puluh. Aparat keamanan yang seharusnya
melerai konflik massa malah menembak ke arah massa yang mempertahankan diri dari serangan.
3 orang korban jatuh akibat peluru aparat keamanan.
Pemerintah terlibat ?
Tindakan aparat keamanan yang mengakibatkan korban jiwa dari massa
yang diserang menunjukan dengan jelas salah satu indikasi keterlibatan Pemerintah. Laporan
yang kami terima sepanjang Sabtu-Minggu, malah menunjukan indikasi berikutnya berupa
keterlibatan paling sedikit dua oknum pejabat, yaitu Drs. BK, pejabat kecamatan PP Kei
Kecil dan Drs HMN, anggota DPRD Tkt II Maluku Tenggara. Kedua pejabat ini diidentifikasi
oleh sumber-sumber kami sebagai tokoh yang turut bertindak sebagai penggerak masa.
Korban :
Korban jiwa pada hari pertama penyerangan sebagai berikut :
Pdt. Buce Hehanussa (meninggal/dibantai dalam gereja)
Anak Pendeta Hehanussa (meninggal/dibantai dalam gereja)
Pembantu Pendeta Hehanussa asal Irian (meninggal/dibantai dalam
gereja)
Danny Noya (meninggal/dibantai)
Kerugian Material/Bangunan :
- Pastori Jemaat GPM Silo (dibakar/dirusak) daerah Kampung Pisang
- Lima (5) buah rumah dinas Klasis GPM (dibakar/dirusak) daerah Kampung Pisang
- Rumah Kel. Wil Refra(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Russel(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel.Rostikus(dibakar/dirusak) daerah Kampung Pisang
- Rumah Kel. Nus Resmol(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Herry Hukubun(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. John Rahantoknam(dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. E.V.Rahantoknam(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Rahanra(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Janda Hukubun(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Janda Resmol(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Idrus Rahayaan(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel Ot. Refra(dibakar/dirusak) daerah Jiku Ampat
- Rumah Kel.Lucy Betaubun(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah kel. Watratan(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel.Simon Kadmaer(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel.Rahayaan(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Beruat(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Julius Rahalus(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel.Ingratubun(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel.Amatus Refra(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Nani Renmaur(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Welikin(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel. Lau Rahantoknam(dibakar/dirusak) daerah Wearhir
- Rumah Kel. Kadmaer(dibakar/dirusak) daerah Kubur Cina
- Rumah Kel .Wem Sehettapy (dibakar/dirusak) daerah Kampung Pisang
- Rumah Kel. G.G.Pattiwael (dibakar/dirusak) daerah Kampung Pisang
- Rumah Kel. Nik Betaubun (dibakar/dirusak) daerah Lodar El
- Rumah Kel. Cos.Tanlain (dibakar/dirusak) daerah Lodar El
Kerusuhan 30/3 ini kemudian berlanjut pada 31/3. Sekitar pukul 06.30
wit serangan dimulai dengan dibakarnya 17 unit rumah didaerah pemukiman Kristen.Serangan
ini mengakibatkan jatuhnya korban jiwa manusia masing-masing :
Upaya Damai
Dalam pertemuan tersebut DANREM selaku pemimpin pertemuan
mengusulkan agar kedua belah pihak mengakhiri pertikaian dan berdamai. Usul tersebut di
terima oleh kedua belah pihak dengan menandatangani KESEPAKATAN DAMAI. Selanjutnya
kesepakatn damai disiarkan melalui Gereja, Mesjid, RRI Tual dan dibagi-bagikan oleh aparat
Keamanan di daerah pemukiman Kristen dan Islam. Selain kesepakatan damai ,dibuat juga
garis batas pemukiman Islam dan Kristen. Garis batas ini tidak boleh ada yang melewati dan
apabila ada yang melewati atau memulai pertikaian langsung tembak di tempat. Mulai dari
tanggal 1 April 1999 diberlakukan jam malam di Kota Tual.
Tempat Pengungsian Massa Kristen
* POLRES TUAL
* PANDOPO YARLER
* PEMANCAR TVRI
* DESA TAAR
* ASRAMA POLISI (Pengungsi Kristen & Islam)
Tempat Pengungsian Massa Islam
ANGKATAN LAUT TUAL
ASRAMA POLISI (Pengungsi Islam & Kristen)
Tambahan nama korban
- Joice Noya (GBI)
- A. Betaubun, akibat ditembak dan bacokan di dada
- Jacob Piaay, ditembak di dahi sedangkan wajahnya dicacah dengan benda tajam
- Ulis, dtembak kemudian dibacok
17 orang hingga kini dirawat di RS Hati Kudus, Langgur karena luka bacokan (5 org),
panah (6 org) dan tembakan (6 org).Sementara itu di Elat (Kei Besar) telah terjadi
penyerangan besar-besar kepada 4 desa berpenduduk Muslim
Komentar :
- Sukar membayangkan bahwa konflik masa dengan warna agama (atau konflik horisontal)
terjadi di Kei Kecil dan atau Kei Besar, karena adanya garis hubungan sosial yang sangat
tebal antar sesama warga Kei. Ia bahkan sering lebih tebal dari garis hubungan yang
berwarna agama. Karena itu dapat diasumsikan bahwa konflik yang menyertakan sentimen agama
merupakan rekayasa dan jika terdapat banyak kesamaan pola, besar kemungkinan kerusuhan Kei
direkayasa dari Ambon. Perancangnya nampak menginginkan warna agama menonjol dalam
kerusuhan-kerusuhan di Ambon. Nampaknya, semakin besar usaha untuk menunjukan bahwa
kerusuhan yang terjadi di Ambon adalah konflik vertikal, sang perancang kerusuhan ingin
membuktikan bahwa kerusuhan tersebut adalah konflik horisontal. Artinya, sang perancang
sedang berada pada garis konflik vertikal dan ingin mengemas kerusuhan di Maluku secara
sebaik-baiknya demi tertutupnya/tersamarnya sifat vertikal dari kerusuhan ini.
.
- Kerusuhan Tual menunjukan adanya hubungan dengan kerusuhan di Ambon sekaligus juga
menyatakan bahwa pada dasarnya skenario RMS di balik kerusuhan Ambon gugur karena Warga
Kei Kecil atau Kei Besar bukanlah konstituen RMS.
Mohon komentar !!
PUSAT KRISIS PGI
Dicky M. Mailoa
Penanggungjawab