1. Pra Kerusuhan
Desa Tomalehu Timur adalah merupakan satu-satunya Desa yang warganya
beragama Kristen yang terletak di Pulau Manipa, Kecamatan Seram Barat Piru - Daerah
Tingkat II Maluku Tengah. Desa ini diapit oleh beberapa Desa yang penduduknya beragama
Islam. Khusus dengan Desa Tomalehu Barat, hubungan kedua Desa sangat dekat sekali, karena
dari segi sejarah kedua desa ini sebenarnya berasal dari satu rumpun keluarga yang
kemudian terpecah karena perbedaan agama.
Sejak pecahnya kerusuhan Ambon pada tanggal 19 Januari 1999, kondisi
Pulau Manipa juga ikut terganggu karena beredarnya isu-isu yang bertendensi pada upaya
untuk memecah belah hubungan antar umat beragama yang sejak lama telah terbina dengan baik
diwilayah ini.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka pada hari Sabtu, tanggal 23
Januari 1999, atas prakarsa 2 (dua) orang petugas keamanan masing-masing SERTU POLISI
BUDI SANTOSO dan SERTU POLISI BAMBANG, diadakan pertemuan antara para Kepala
Desa, Tokoh masyarakat, para alim ulama yang berasal dari Desa Tomalehu Timur, Tomalehu
Barat, Kelang Asaude, Hasaoi, Luhutubang, Aman Jaya, Tuniwara dan Buano Hatuputih. Dalam
pertemuan mana disepakati bahwa insiden (kerusuhan) yang terjadi di Ambon pada tanggal 19
Januari 1999, diharapkan tidak boleh terjadi di Pulau Manipa, dan dalam rangka itu perlu
dibina persatuan dan kesatuan antar warga di Pulau Manipa. Namun apa yang telah disepakati
tersebut tidak menjadi kenyataan.
2. Saat Terjadinya Kerusuhan
Pada tanggal 24 Januari 1999, kira-kira jam 21.00 WIT., terjadi
pelemparan batu pada pos polisi darurat yang ada di Desa Tomalehu Timur, tanpa diketahui
siapa sebenarnya yang melakukan pelemparan batu tersebut. Kira-kira jam 21.00 WIT., SERTU
POLISI BAMBANG datang ke rumah Sekretaris Desa Tomalehu Timur, Sdr. ELISA TUHUMENA
dan memberitahukan kepadanya bahwa ada terjadi pelemparan batu dari arah Desa Tomalehu
Timur ke Desa Alang Asaude. Sekretaris Desa Tomalehu Timur, Sdr. ELISA TUHUMENA
kemudian melakukan pengecekan ketempat kejadian, namun ternyata informasi tersebut tidak
benar.
Beberapa saat kemudian datang lagi SERTU BUDI SANTOSO bertemu
dengan Sekretaris Desa Tomalehu Timur dan mengatakan hal yang sama seperti yang
disampaikan oleh SERTU POLISI BAMBANG, yaitu ada pelemparan batu yang terjadi dari
arah Desa Tomalehu Timur ke Desa Alang Asaude. Untuk kedua kalinya Sekretaris Desa
melakukan pengecekan di lokasi, ternyata informasi itu tidaklah benar.
Selanjutnya SERTU BUDI SANTOSO memerintahkan Sekretaris Desa
Tomalehu Timur untuk membuka SSB dan melakukan kontak dengan Piru untuk meminta bantuan.
Namun kontak dengan Piru tidak terjadi. Kemudian Sekretaris Desa diperintahkan untuk
menggunakan HT.
Kira-kira jam 22.00 WIT., sementara Sekretaris Desa Tomalehu Timur
melakukan monitoring dengan HT, ia sempat memonitor adanya kontak yang dilakukan antara
Sdr. ISMAIL TIAKOLI dengan Sdr. Kepala Desa Buano Hatuputih serta salah seorang
pegawai PLN dengan mempergunakan bahasa daerah setempat. Dalam percakapannya melalui HT
tersebut, Sekretaris Desa Tomalehu Timur sempat menangkap isi percakapan mereka, yang
diantaranya Kepala Desa Buano Hatuputih mengetakan bahwa : "Personilnya telah siap".
Setelah Sekretaris Desa Tomalehu Timur mendengar informasi tersebut
melalui HT, Sekretaris Desa kemudian melakukan antisipasi dengan memerintahkan warga
Tomalehu Timur khususnya lanjut usia untuk segera meninggalkan desa dan masuk / menuju ke
hutan. Bersamaan dengan itu Sekretaris Desa Tomalehu Timur memerintahkan 4 (empat) orang
anggota masyarakat Desa Tomalehu Timur masing- masing Sdr. MONSAN LATUMAHINA dan AGUSTHINUS
LATUMAERISSA bersama 2 (dua) orang anggota masyarakat lainnya termasuk Sekretaris Desa
Tomalehu Timur untuk mengamankan SSB dan masuk ke hutan bersama-sama para wanita,
anak-anak dan orang tua tersebut.
Kira-kira jam 24.00 WIT., melalui HT, Sekretaris Desa Tomalehu Timur
sempat memonitor pembicaraan yang dilakukan antara Sdr. ISMAIL TIAKOLI dengan
Kepala Desa Buano Hatuputih dan Kepala Desa Luhutubang, dimana didalam percakapan tersebut
Sdr. ISMAIL TIAKOLI sempat menyampaikan bahwa : "beduk telah berbunyi",
yang kemudian dijawab oleh kedua Kepala Desa tersebut diatas bahwa : "kami telah
siap". Bahwa apa yang dipercakapkan oleh Sdr. ISMAIL TIAKOLI bersama
Kepala Desa Buano Hatuputih dan Kepala Desa Luhutubang tersebut memang benar, karena
menurut saksi mata, bertepatan dengan apa yang didengar melalui monitoring HT tersebut
sangat bertepatan dengan bunyi beduk yang ditabuh di Desa Alang Asaude.
Mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi, maka kira-kira jam
04.00 dini hari tanggal 25 Januari 1999, Sekretaris Desa Tomalehu Timur bersama 3 orang
anggota masyarakat Desa Tomalehu Timur kemudian meminta kepada SERTU BAMBANG agar
dapat mempergunakan Speed Boad Puskesmas untuk meminta bantuan ke Piru. Permintaan
tersebut dikabulkan dan Speed Boad Puskesmas tersebut langsung berangkat ke Piru untuk
meminta bantuan. Namun upaya untuk meminta bantuan ke Piru tersebut adalah sia-sia, karena
sebelum datang bantuan dari Piru telah terjadi penyerangan yang dilakukan oleh warga Desa
Alang Asaude dan beberapa Desa Islam tetangga lainnya terhadap warga Desa Tomalehu Timur.
Penyerangan mana tepatnya terjadi pada tanggal 25 Januari 1999, kira-kira jam 06.00 WIT.
Menurut saksi mata pada saat terjadi penyerangan tersebut nampak
petugas keamanan yaitu SERTU BUDI SANTOSO masuk bersama-sama dengan masa dari Desa
Kelang Asaude ke arah Desa Tomalehu Timur. Setelah masa berada pada perbatasan Desa
Tomalehu Timur, maka SERTU BUDI SANTOSO keluar dari rombongan masa dan memasuki
wilayah Desa Tomalehu Timur dengan jarak kurang lebih 30 meter dari masa penyerang
tersebut. SERTU BUDI SANTOSO kemudian melakukan tembakan peringatan. Namun para
saksi mata sempat melihat bahwa pada saat SERTU BUDI SANTOSO selesai melakukan
tembakan peringatan tersebut, maka ia kemudian melompat ke suatu lokasi mata pisang
(rumpun pisang) yang ada disampingnya, lalu melakukan penembakan ke arah masa Tomalehu
Timur dan saat itu langsung mengena pada seorang warga Desa Tomalehu Timur yaitu Sdr. JACOBIS
FERDINANDUS.
Selanjutnya, bersamaan dengan itu SERTU BUDI SANTOSO yang
saat itu berdiri membelakangi masa penyerang lewat kode jari telunjuknya yang ditujukan
kepada masa penyerang seakan akan memerintahkan mereka untuk melakukan penyerangan,
kemudian ia kembali membaur dengan masa penyerang untuk mulai melakukan penyerangan ke
arah warga Desa Tomalehu Timur.
Pertempuran menjadi tidak terelakan dan terjadilah peristiwa saling
serang menyerang yang berlangsung antara jam 06.00 s/d jam 009.WIT. Dalam pertempuran
mana, masa dari Desa Tomalehu Timur lebih banyak bertahan karena disamping mereka berada
pada posisi yang diserang, juga jumlah mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan masa
penyerang yang datang dari Desa Kelang Asaude dengan dibantu oleh warga dari beberapa Desa
tetangga lainnya yang beragama Islam.
Dengan kondisi warga Desa Tomalehu Timur yang demikian itulah, maka
akhirnya mereka terdesak. Pada saat mana, salah seorang warga Desa Tomalehu Timur yang
teridentifikasi bernama MATHIN LATUMAHINA meninggal dunia karena ditombak dan
dipotong oleh pihak penyerang.
Dalam posisi warga Desa Tomalehu Timur yang terdesak inilah, para
penyerang mempergunakan kesempatan untuk membakar rumah-rumah, Gedung Gereja, menebang
tanaman, maupun membunuh hewan-hewan piaraan milik warga masyarakat Desa Tomalehu Timur.
Warga Desa Tomalehu Timur akhirnya melarikan diri masuk ke dalam hutan untuk bersembunyi.
Kira-kira jam 17.30 WIT., datang warga Desa Tomalehu Barat (beragama
Islam) yang masih mempunyai hubungan darah dengan warga Desa Tomalehu Timur memberitahukan
bahwa petugas dari Piru telah tiba di Desa Tomalehu Timur pada jam 17.00 WIT. Karena itu,
mereka diminta untuk turun / keluar dari hutan. Bersamaan dengan itu, tiba di hutan tempat
persembunyiaan mereka SERTU POL. SOUHOKA yang kemudian menjemput warga Desa
Tomalehu Timur turun / keluar dari hutan, kemudian mereka ditempatkan / diamankan di Desa
Tomalehu Barat.
Menurut saksi mata, setelah mereka tiba di Desa Tomalehu Barat dan
ketika mereka pergi untuk melihat Desa mereka (Tomalehu Timur) yang telah diporak
porandakan oleh penyerang itu, mereka menemukan antara lain tulisan-tulisan pada dinding
sekolah yang ditulis oleh penyerang pada saat terjadinya penyerangan, antara lain : "Kami
akan jadikan Desa TOM TIM (maksudnya Desa Tomalehu Timur) Desa Islam". Selain itu
pada gedung gereja yang telah dibakar oleh penyerang ditemukan pecahan pecahan botol yang
menurut saksi mata diperkirakan pecahan dari bom buatan yang dipergunakan untuk
menghancurkan Desa Tomalehu Timur, bangku-bangku gereja ternyata sebelum gereja dibakar
dikumpulkan didepan mimbar gereja kemudian dibakar bersama sama dengan gedung gereja
tersebut.
Sekretaris Desa Tomalehu Timur, Sdr. ELISA TUHUMENA dalam
keterangannya juga sangat menyayangkan tindakan dari aparat Desa Kelang Asaude, dimana
pada saat warga Desa Tomalehu Timur berada dalam posisi yang memprihatinkan karena sebagai
pihak yang dikorbankan mereka telah kehilangan segala-galanya, malah atas itikad baik dari
saudara-saudaranya yang beragama islam mereka ditampung di Desa Tomalehu Barat, mereka
masih dituduh melakukan pelemparan atas mesjid dari Desa Kelang Asaude.
Warga Desa Tomalehu Timur sejak peristiwa penyerangan tersebut telah
diturunkan dari hutan dan bermukim sejak tanggal 25 Januari s/d tanggal ... Februari 1999.
Kemudian atas kerja sama antara Sinode Gereja Protestan Maluku dengan pihak TNI Angkatan
Laut, mereka telah di evakuasi ke Piru (Seram Barat) dengan kapal perang pada tanggal ...
Februari 1999 dan atas prakarsa Badan Pekerja Klasis Piru, mereka dibagikan untuk tinggal
pada beberapa Desa Kristen di wilayah Klasis Piru antara Desa Piru, Neniari, Marakao,
......
Akibat dari penyerangan ini warga Desa Tomalehu Timur mengalami
kerugian sebagai berikut :