------------------------------------------------------------------------
Sabtu, 12 Oktober 1996
------------------------------------------------------------------------
Pemerintah Sesalkan Kerusuhan Situbondo
Jakarta, Kompas
Pemerintah sangat menyesalkan peristiwa kerusuhan yang terjadi di
Situbondo, Jawa Timur (Jatim) hari Kamis (10/10). Untuk itu, pemerintah
mengharapkan, masyarakat dapat menahan diri, tidak mudah terpancing oleh
isu, hasutan, maupun desas-desus yang menyesatkan, serta meminta seluruh
pemimpin umat lebih meningkatkan lagi pembinaan umat masing-masing untuk
mencegah terjadinya peristiwa serupa.
Menteri Negara Sekretaris Negara Moerdiono menegaskan hal itu di kantornya,
Jakarta, Jumat sore. Menurut menteri, peristiwa yang terjadi hari Kamis itu
dilakukan oleh sekitar 2.000 hingga 3.000 orang, akibat kemarahan yang
tidak terkendali.
Dikatakan, kerusuhan itu menimbulkan kerugian berupa terbakarnya beberapa
bangunan kantor, rumah ibadah, gedung sekolah, pertokoan, dan panti asuhan,
serta menelan lima korban jiwa. Menurut menteri, kerusuhan hari Kamis itu
bersamaan dengan sidang kelima kasus pelecehan agama oleh terdakwa Saleh,
beragama Islam, lulusan SMA tahun 1991.
Ditegaskan, peristiwa di Situbondo itu bisa merusak kerukunan hidup
beragama yang selama ini telah dibangun, dipelihara, dan dikembangkan
dengan sungguh-sungguh sebagai pengamalan Pancasila, tepatnya sila pertama
"Ketuhanan Yang Maha Esa". "Oleh karena itu, pemerintah sangat menyesalkan
kejadian tersebut dan mengharapkan agar peristiwa seperti itu tidak
terulang kembali di mana pun dan kapan pun juga," kata Moerdiono.
Ditegaskan, kebebasan beragama merupakan hak asasi manusia yang paling
asasi. Kebebasan itu juga bukan pemberian pemerintah ataupun golongan.
Karena itu, lanjut Moerdiono, "Pemerintah sungguh-sungguh mengharapkan,
agar masyarakat dapat menahan diri dan tidak mudah terpancing oleh isu,
hasutan, maupun desas-desus yang menyesatkan."
Sedang kepada seluruh pemimpin umat, pemerintah mengharapkan pula agar
mereka dapat lebih meningkatkan lagi pembinaan umatnya masing-masing untuk
mencegah terjadinya peristiwa serupa di kemudian hari.
Lebih lanjut Menteri mengatakan, keamanan dan ketertiban di kota tersebut
telah dapat dipulihkan kembali, berkat kerja sama aparat pemerintah dengan
para tokoh masyarakat. Selain itu, pemerintah juga mengambil tindakan
terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam kerusuhan tersebut sesuai hukum
yang berlaku, dan menahan sejumlah orang untuk pengusutan lebih lanjut.
Menjawab pertanyaan wartawan tentang penyebab utama kejadian tersebut,
Mensesneg hanya mengatakan, kemungkinan kerusuhan itu disebabkan oleh
ketidakpuasan pihak-pihak tertentu dengan keputusan peradilan tentang kasus
pelecehan tersebut. Untuk itu, pemerintah telah menangkap sekitar 120 orang.
Massa mengamuk
Sementara itu, dari Situbondo dilaporkan bahwa kerusuhan itu bermula dari
mengamuknya massa di Pengadilan Negeri Situbondo hari Kamis, ketika
mendengar tuntutan jaksa atas terdakwa Saleh (28), yang dianggap terlalu
ringan. Terdakwa yang dikabarkan merasa sebagai seorang sufi, diajukan ke
pengadilan karena dianggap melecehkan dan menodai ajaran agama Islam dalam
satu perdebatan.
Akibat amukan massa itu, sedikitnya empat mobil dan sejumlah bangunan
dibakar, termasuk gedung pengadilan negeri setempat. Massa yang mengamuk
itu datang dari berbagai daerah seperti Situbondo, Bondowoso, Jember,
Probolinggo, dan Banyuwangi.
Mereka merasa kecewa terhadap tuntutan jaksa Rijanto yang minta kepada
majelis hakim agar terdakwa dijatuhi hukuman penjara lima tahun. Majelis
hakim terdiri atas M Ridwan, R Sumaryanto dan Suhartono.
Dalam sidang itu, terdakwa Saleh, dinyatakan melanggar pasal 156 A jo.
pasal 64 (1) KUHP, yakni melakukan penodaan agama. Atas kesalahannya dia
dituntut maksimal 5 tahun penjara. Mendengar tuntutan yang dianggap terlalu
ringan itu, masa pengunjung sidang menyatakan ketidakpuasan mereka. Mereka
marah dan mencoba merebut Saleh yang dikawal petugas.
Petugas segera mengamankan Saleh sehingga tidak jatuh ke tangan massa,
akibatnya beberapa pengunjung melempari petugas penjaga pintu gerbang PN
dengan batu. Ketika amukan massa semakin serius, aparat keamanan meminta
agar masa menghentikan perbuatan mereka.
Namun, larangan aparat tidak digubris, dan amukan massa semakin tak
terkendali. Ketua PN Situbondo, H Erman Tanri SH tak luput dari amukan
massa. Ia luka pada bagian kepalanya. Beberapa pegawai PN, dan petugas
lainnya juga kena lemparan batu dan kaca.
Massa kemudian memasuki halaman pengadilan dan merusak mobil-mobil yang ada
di tempat tersebut. Tiga mobil dibakar; begitu pula sepeda motor polisi
yang diparkir di pinggir jalan raya. Lima unit bangunan yang ada dalam
lingkungan kantor pengadilan itu dibakar.
Massa kemudian menyerbu dan membakar gedung-gedung lain di kota Situbondo
dan kota-kota sekitarnya, termasuk sejumlah sekolah dan gereja, serta satu
klenteng. Pembakaran dan perusakan di Situbondo berlanjut hingga pukul
17.00. Massa kemudian bergerak ke barat ke arah Kecamatan Panarukan.
Menurut informasi yang dikumpulkan Kompas, keempat mobil yang dibakar
adalah satu mobil tahanan milik Kejari Situbondo, satu mobil kijang dinas
Kajari Situbondo, satu mobil tim URC Polres Situbondo, dan sebuah mobil
yang belum diketahui pemiliknya, serta satu sepeda motor polisi. Sementara
mobil dinas Dandim serta mobil Kijang Patroli Kodim dan Polres Situbondo
tidak dibakar. Ketiganya dihancurkan pada bagian kacanya.
Membaik kembali
Kemarin, suasana di kota Situbondo sudah membaik kembali, meskipun sebagian
besar toko masih tutup. Aparat keamanan yang didatangkan dari Bondowoso,
Malang, dan Surabaya masih berjaga-jaga di sekitar daerah perbelanjaan.
Penjagaan ketat juga nampak di kantor-kantor lembaga keuangan dan bank
pemerintah maupun swasta.
Suasana nampak masih terasa mencekam meskipun berbagai kantor maupun
instansi pemerintah masih melakukan aktivitas, seperti yang tak terjadi
sesuatu. Namun, hampir seluruh tempat perbelanjaan dan toko-toko di Kota
Santri -sebutan kota Situbondo- masih tutup.
Kapolri Letjen (Pol) Drs Dibyo Widodo, Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Imam
Oetomo, dan Kapolda Jatim Mayjen (Pol) Drs Soemarsono SH MBA kemarin sore
datang ke Situbondo dengan menggunakan helikopter Puma. Mereka datang
bersama Danrem 083 Bhaladika Jaya Kolonel (Inf) Affandi, Kapolwil Besuki
Kolonel (Pol) Drs Soekandri, dan anggota Muspida Situbondo langsung
mengadakan pertemuan di Mapolres Situbondo.
Pada Kamis (10/10) malam, sejumlah ulama diundang bertatap muka dengan
Kasdam Brawijaya Brigjen TNI Muchdi Purwopranjono, Kolonel Affandi, Kolonel
(Pol) Drs Soekandri serta Muspida setempat.
(Tim Kompas)
Back to articles