>Date: Wed, 8 Jan 1997 19:04:14 +0700
>To: John MacDougall <apakabar@clark.net>
>From: ylbhi <ylbhi@indo.net.id>
>
>
> YAYASAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM INDONESIA
> Hasil Liputan Kerusuhan Tasikmalaya
> 4-6 Januari 1997
>
>
>Nara Sumber :
>1. Mansyur , dkk, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cab
>Tasikmalaya
>
>Tentang Mimih Khaeruman:
>Mereka tidak tahu secara mendetail siapa Mimi Khaeruman.
>Mereka hanya tahu bahwa Mimi aktivis PMII cabang Garut,
>aktif dalam organisasi KALA, singkatan dari `'Kami Layani
>Anda''. Tetapi pengalaman mereka waktu demonstrasi Anti
>Miras, Mimih bergabung dengan para demonstran dengan membawa
>massa sendiri. Dalam demontrasi itu, Mimih aktif dalam
>mengarahkan massa dan mengambil keputusan yang berbeda
>dengan rencana semula.
>
>Dalam aksi tanggal 26 Desember 1996 di Tasikmalaya, Mimih
>juga aktif mengerahkan massa. Ia pula yang membacakan
>pernyataan di Polres dibantu seseorang yang berjubah putih.
>Aparat keamanan juga mencari `'orang berjubah putih'' itu.
>Diperkirakan bernama Agustiana. Ada berita bahwa Mimi dan
>jubah putih itu seusai kerusuhan lari ke Jakarta, tepatnya
>ke YLBHI. (?)
>
>Mimih juga tidak ikut dalam rapat tanggal 25 (soal rapat,
>lihat penjelasan Abdul Muis, Ketum PMII Cab Tasikmalaya).
>
>Mimih yang asli Tasikmalaya itu, pernah kuliah di Cipasung,
>tetapi dikeluarkan karena aktivitasnya dan pindah Garut
>hingga sekarang.
>
>--------------------------------
>
>Nara sumber :
>2. Abdul Muis, Ketua Umum PMII Cabang Tasikmalaya.
>3. Abdul Falah, Sekum PMII Cabang Tasikmalaya.
>
>Point:
>Ia mengakui keterlibatan PMII dan dirinya dalam perencanaan
>dan aksi doa bersama, 26/12 bukan kerusuhannya.
>
>Kronologis Perencanaan Doa Bersama:
>Senin 23/12 silam, A. Muis dan kawan-kawan PMII mempunyai
>kegiatan les Bhs Inggris di kostnya. Kegiatan ini bagian
>dari program kerja PMII dan diadakan pada Senin malam, pukul
>19.00 wib. Mereka terpaksa menunggu Miftahudin Islam. Pukul
>19.30, Miftahudin muncul dengan membawa informasi tentang
>penganiayaan ust Mahmud Farid, Habib, dan Ihsan di Polres.
>
>Selasa 24/12, pukul 09.00 dihubungi via telpon A. Muis dan
>Miftahudin Islam diminta mengisi acara di Cipasung. Pulang
>sekitar pukul 19.30 dan jalan-jalan di Toserba Yogya Jl. KH
>Mustofa, A.Muis dan Miftahudin bertemu dengan Johanna Arif,
>aktivis Ikatan Mahasiswa Angkatan Muda Siliwangi dan Heri
>Abusta, Ketua Senat Mahasiswa Universitas Siliwangi. Kedua
>orang ini menginformasikan bahwa di Masjid Agung telah
>berkumpul sekitar 300 santri.
>
>Mereka berempat menuju Masjid Agung. Diketahui bahwa para
>santri berasal dari Pondok Pesantren Manon Jaya dan Cinta
>Pada. Sempat terjadi dialog antara A. Muis dengan santri
>yang dituakan (Karena tidak ada pimpinan santri). Dari
>dialog tersebut, disimpulkan bahwa tujuan dan maksud aksi
>para santri tidak jelas.
>
>Iip Syamsul Ma'arif dari HMI Bandung sempat menyerahkan
>sekitar 20 karton yang sudah ditulisi berbagai statement
>protes kepada A. Muis. Kemudian mereka sepakat untuk bubar,
>pulang, dan sepakat untuk mengadakan pertemuan pada Rabu
>26/12, pukul 15.00 di Sekretariat PMII. Selesai acara di
>Masjid Agung itu, beberapa perwakilan dari para santri
>sempat berembug dan lainnya menginap di Sekretariat PMII.
>
>Sampai malam itu kawan-kawan PMII belum dapat memikirkan
>tindakan apa yang akan dilakukan. PMII sendiri telah membuat
>pernyataan yang garis besarnya menyesalkan tindakan
>penganiayaan dan meminta aparat untuk mengadili pelaku
>penganiayaan.
>
>Rabu, 25/12 datang ke Sekretariat Mimih Khaeruman dan Agus.
>Mimih Khaeruman, selain duduk sebagai Sekretaris PMII Cabang
>Garut, Ia juga aktif di KALA dan Humanika. Ia pernah kuliah
>di IAIC, Institut Agama Islam Cipasung. Mereka mengusulkan
>sebuah kegiatan besar sebagai protes atas tindakan
>penganiayaan para santri oleh aparat Polres. Mimih ingin
>agar kegiatan itu dijadikan sebagai introspeksi bagi aparat
>Polres. Ia mengusulkan demonstrasi. Ia juga siapa
>mendatangkan massa. Keinginan Mimih itu ditolak oleh A Muis.
>Namun Mimih mengatakan bahwa akan ada demonstrasi sebagai
>bagian dari agenda besar, yang akan dilaksanakan sekitar
>tanggal 27/12 atau sesudahnya.
>
>A Muis berusaha keras agar Mimih pergi sebelum pertemuan
>dengan para santri, pukul 15.00, sesuai perjanjian dengan
>para santri sehari sebelumnya. Pertimbangannya, Ia betul-
>betul khawatir Mimih akan memfasilitasi dan bergabung dengan
>para santri. Setelah Mimi pamit itulah, pertemuan para
>santri dimulai. Pertemuan dihadiri 15 perwakilan Ponpes se-
>Tasikmalaya. Hadir juga Agus Darojat, mahasiswa STIH
>Galunggung. Pertemuan dipimpin Agus dengan memberikan
>penjelasan-penjelasan berperspektif hukum atas penganiayaan
>itu. A Muis sendiri sempat memberikan penjelasan dalam
>perspektif Islam. Setelah berembug, para santri ngotot untuk
>memilih demonstrasi. Keinginan itu ditolak oleh kawan-kawan
>PMII. Akhirnya setelah diyakinkan, mereka sepakat untuk
>menggelar acara pengajian dan doa bersama di Masjid Agung
>keesokan harinya, Kamis 26/12 pukul 09.00 wib. Pertimbangan
>dipilihnya hari Kamis tgl 26/12 dikarenakan omongan Mimih
>yang menyatakan bahwa tgl 27/12 atau sesudahnya akan ada
>demontrasi besar. Sehingga lebih baik mendahului demontrasi
>itu. Untuk mengetahui sesama santri, disepakati juga bahwa
>mereka harus berbaju putih, peci, dan memakai janur kuning.
>Selain itu, mereka juga tidak akan mengumandangkan takbir,
>karena beranggapan bahwa kalimat ini akan memberikan
>semangat tersendiri bagi santri.
>
>Menyadari betapa pentingnya keamanan acara besok itu, A Muis
>dan kawan-kawannya sempat menemui Bpk Hilal, Guru Aliyah
>Negeri. Bpk Hilal justru menyuruh A Muis untuk
>berkoordinasi dengan Ust Didik. Karena takut dengan
>bentrokan dengan rencana dan keterlibatan Mimih, mereka
>sempat menemui Mimih. Kepada Mimih, mereka betul-betul minta
>agar Mimih tidak ikut serta dalam acara doa bersama besok.
>
>Kamis 26/12, pukul 08.00 wib massa telah berkumpul di Masjid
>Agung, baik di dalam maupun di halaman. Bukan hanya santri
>yang berkumpul tetapi juga massa yang diduga dibawa oleh
>Mimih dkk karena Mimih terlihat berada di halaman. Pukul
>09.00 doa bersama dimulai dengan membacakan pernyataan yang
>ditujukan kepada Kapolres. Pernyataan tersebut
>mengatasnamakan Forum Komunikasi Santri dan Generasi Muda
>Islam Tasikmalaya dan diterima oleh Kapolres. Hanya delapan
>perwakilan termasuk A Muis yang ditunjuk sebagai juru
>bicara. Usai pengajian, A Muis memerintahkan agar para
>santri segera bubar dan pulang. Namun tiba-tiba Asep Ilyas,
>aktivis HMI Cabang Tasikmalaya berteriak `'Allohu Akbar''
>sambil berlari ke dalam Masjid. Hal yang ditakutkan
>terjadilah.
>
>Mendengar takbir tersebut, banyak santri yang histeris.
>Marsidi, mantan Ketua Umum HMI cabang Tasikmalaya masuk ke
>dalam Masjid dan mendominasi forum. Sekitar pukul 11.30
>mereka membriefing para santri dan mulailah massa beralih
>menuju Polres. Mimih sempat mengatakan kepada Miftahudin
>Islam bahwa Ia mesti bertanggungjawab atas tindakan massa
>tersebut. Dalam aksi di Polres itulah, Mimih berpidato dan
>membacakan pernyataan dengan naik di atas patung Harimau di
>depan Mapolres, Jl Yudanegara didampingi oleh `'seseorang
>berjubah putih''.
>
>Mulailah massa menyebar ke penjuru kota. Aparat Kepolisian
>tidak dapat berbuat apa hingga gedung sebelah Barat Mapolres
>hancur kacanya dan porakporanda.
>
>A Muis sendiri, pukul 12.30 usai memberikan instruksi agar
>para santri bubar, langsung pulang ke kost.
>
>Senin 30/12, pukul 16.00 A Muis dan Abdul Falah diajak oleh
>Ketua GP Ansor ke DPD Golkar. Tiba di kantor DPD Golkar
>bertemu dengan dua orang muda dan 4 intel. Mulailah mereka
>berdua diperiksa dan harus menjawab pertanyaan di Makodim
>hingga Subuh. Poster yang mereka simpan di Sekretariat PMII
>diambil oleh intel Kodim dan dikatakan sebagai alat bukti.
>Mereka harus menjelaskan tentang perencanaan doa bersama dan
>sekitar kerusuhan. Dikatakan oleh petugas Kodim bahwa mereka
>harus mempermudah pemeriksaan dan memberikan keterangan-
>keterangan untuk membantu menemukan pelaku utama penyebab
>kerusuhan. Kepada A Falah sempat dikatakan jika ia
>mempersulit dalam memberikan keterangan maka ia dijadikan
>tersangka.
>
>
>Kamis 1/1, A Muis dijemput di kost dan kembali harus
>menjelaskan perihal kerusuhan.
>
>
>---------------------------------------------------
>
>
>Nara sumber :
>4. KH Makmud Farid
>5. Ndang Rachmat, Pondok Pesantren Condong, Cibeureum,
>Tasikmalaya.
>
>Pihak ponpes mendapat informasi tentang aksi kerusuhan
>tanggal 26/12. Seseorang `'berjubah putih'' begitu dominan
>dalam aksi tersebut. Misalnya, aksi di Polres. Ia ikut
>menggerakkan dan menentukan gerak massa. Ia juga begitu
>mudah menghentikan truk dan mengemudikannya di jalan-jalan
>dalam kota. Aparat keamanan (bukan kepolisian) membiarkan
>truknya berjalan dan tidak terlihat menghentikannya. Namun,
>pihak Ponpes tidak tahu-menahu mengenai siapa orang berjubah
>tersebut dan aksi lebih dalam.
>
>
>--------------------------------------------------
>
>Nara sumber :
>6. Tukang becak
>
>Massa berkumpul di Masjid Agung dan bergerak menuju kota.
>Asal massa dari luar Tasikmalaya, yaitu kota Garut. Mereka
>datang memakai truk-truk dengan plat nomor sesuai asal
>daerah. Mereka membakar toko-toko dan gereja. Aparat
>keamanan baru datang sekitar pukul 16.00 wib sedangkan toko
>dan gereja sudah banyak yang dilalap api. Aparat pun tak
>berupaya untuk menghentikan atau memadamkan api. Akibat
>kerusuhan itu, tiga hari Jl. KH Mustofa tertutup bagi
>masyarakat.
>
>
>
>--=====================_852779228==_--
>


Backto Chronology