Date: Thu, 26 Dec 1996 16:10:11 -0600 PIKIRAN RAKYAT Pangdam Minta Masyarakat Tasikmalaya Tidak Terhasut --------------------------------------------------------------------------- TASIKMALAYA, (PR).- Pangdam III/Siliwangi, Mayjen TNI Tayo Tarmadi, selaku Ketua Bakorstanasda Jabar akan menindak tegas pelaku pelanggaran secara proporsional dan sesuai dengan hukum yang berlaku, baik bagi pelanggar penganiayaan maupun pelaku perusakan. Pangdam meminta agar warga Tasikmalaya tetap tenang dan tidak terhasut, serta tidak terpancing isu-isu. "Harus diingat bahwa perusakan yang terjadi di Tasikmalaya sangat merugikan. Berdasarkan pemantauan di lapangan, yang menimbulkan perusakan bukan dari kalangan pesantren. Saya yakin warga Tasikmalaya adalah agamis, taat dan memegang teguh kepada agamanya, dan tak mungkin melakukan perusakan. Saya tegaskan bila sampai dengan pukul 21.00 malam ini (Kamis malam, red) masih ada perusakan, akan kami tindak dengan tegas," tandas Tayo Tarmadi sehubungan dengan terjadinya aksi massa di Tasikmalaya kemarin. Aksi tersebut menyusul terjadinya pemukulan oleh oknum polisi (Nur) terhadap ustadz Mahmud Farid (38) dan dua santri Habib (23) dan Ihsan (20), ketiganya dari Pondok Pesantren Condong, Kecamatan Cibeureum, Tasikmalaya. Pemukulan tersebut lantaran anak Nur, Rizal yang mengikuti pendidikan di Pontren Condong, mendapat hukuman yang lazim berlaku di pesantren karena Rizal melakukan kesalahan ("PR", 26/12). Mahmud yang masih famili Nur itu belakangan diisukan meninggal dunia, padahal yang bersangkutan masih segar bugar. Pernyataan Pangdam tersebut dikemukakannya seusai memberikan siaran radio di RSPD Tasikmalaya pukul 20.29 WIB. Dalam kesempatan itu, turut memberikan penjelasan Kapolda Jabar, Mayjen Pol. Drs. Nana Permana dan Pimpinan Pondok Pesantren Condong, KH Makmun. Pangdam menilai, unjuk rasa yang terjadi di Tasikmalaya bukan lagi merupakan spontanitas, melainkan sudah terkesan ada kelompok yang mengipas-ngipasi dan menghasut, serta memperuncing keadaan sehingga ada tindak perusakan terhadap hasil-hasil pembangunan. Untuk itu, Pangdam mengajak semua pihak agar menjadi warga negara yang baik. Dari hasil laporan petugas di lapangan, menurut Pangdam, situasi Kota Tasikmalaya hingga pukul 21.00 WIB sudah dapat dikendalikan. Di tempat yang sama, Kapolda Jabar menyampaikan rasa penyesalan atas terjadinya perusakan, dan penyesalan atas terjadinya tindakan penyalahgunaan hukum dari aparat Polri. Empat oknum yang diduga melakukan pelanggaran tersebut sudah diserahkan kepada POM ABRI di Garut untuk ditindak. "Masyarakat diminta untuk waspada dan tidak terpancing oleh isu-isu, serta terus menciptakan kesatuan dan persatuan," kata Kapolda. Sementar itu, sesepuh Ponpes Condong KH Makmun dan putranya, Drs. Mahmud Farid --yang diisukan telah meninggal dunia-- ternyata masih segar-bugar. KH Makmun mengimbau kepada para santri dan ajengan di Tasikmalaya supaya jangan terpancing oleh isu-isu yang tidak bertanggung jawab, yang dapat merugikan kesatuan dan persatuan umat Islam. "Sebagai Muslim, kita harus menjaga keamanan dan ketertiban, serta tidak merusak barang, dan bahkan jiwa. Orang yang merusak barang atau jiwa adalah bukan Muslim sejati. Orang Islam harus bisa mengampuni orang yang salah, sebab Allah SWT mencintai kepada orang yang berbuat baik," ujarnya. Kapendam III/Siliwangi, Letkol CHB Herman Ibrahim menjelaskan, berdasarkan hasil laporan sementara mobil yang rusak dan dibakar tercatat 18, empat tempat peribadatan, 23 toko, satu pos polisi, gudang rokok. "Tidak terdapat korban jiwa dalam kerusuhan ini, namun tiga anggota polisi mengalami luka-luka. Dalam aksi kerusuhan tersebut, 34 orang sudah diminta keterangannya, 12 di antaranya adalah pelajar dan tiga residivis," jelas Kapendam. Hingga pukul 22.00 api yang membakar sebuah toko sepeda dan pabrik aci masih berkobar-kobar. Petugas pemadam kebakaran masih bekerja keras memadamkan kobaran api. Diperiksa Denpom Danrem 062/Tarumanagara, Kolonel Inf. Moch. Yasin mengatakan, empat oknum anggota Polres Tasikmalaya yang melakukan penganiayaan terhadap seorang ustadz dan dua santri kini sudah dibawa dan diperiksa ke Denpom Garut. Mereka adalah Serda DH, Serda AM, Serda AY, dan Kopka Nur. "Masalah tersebut kini sedang diproses. Mohon pengertian dan kesabarannya, karena kalau pemeriksaan sudah selesai kiranya akan dilimpahkan ke Mahkamah Militer," kata Moch. Yasin di hadapan para santri di Mesjid Agung Tasikmalaya, Kamis pagi. Danrem berharap agar umat Islam senantiasa bersikap waspada terhadap orang-orang yang akan menodai Islam. Seharian kemarin Kota Tasikmalaya dilanda kerusuhan oleh massa yang tak bertanggung jawab, sehingga mengakibatkan rusaknya banyak pertokoan, kendaraan bermotor, dan beberapa buah bangunan lainnya. Hingga semalam, kerusuhan masih berlangsung. Pangdam Siliwangi, Mayjen TNI Tayo Tarmadi dan Kapolda Jabar, Mayjen Pol. Drs. Nana Permana pun tampak terlihat di lokasi kejadian pada sore hingga malam hari. Kapendam Siliwangi, Letkol CHB Herman Ibrahim, meminta agar kasus yang terjadi di Tasikmalaya dilihat secara proporsional dan diletakkan pada landasan hukum yang berlaku. "Saya meminta agar masyarakat percaya kepada aparat keamanan, karena dapat dipastikan tidak akan mendiamkan atau memetieskan kasus dugaan penganiayaan terhadap seorang ustadz dan dua santri pesantren begitu saja," ujar Kapendam ketika dihubungi "PR" kemarin. Kapendam Siliwangi meminta agar masyarakat tidak memancing emosi lebih jauh ataupun berbuat hal-hal yang destruktif, anarkis, dan merugikan semua pihak. "Kalau terjadi anarkisme, tentu yang merasakan akibatnya adalah masyarakat sendiri," kata Kapendam. "Semua pihak diminta menjaga situasi agar tak berkembang ke arah yang negatif, serta tidak menciptakan peluang untuk ditunggangi pihak ketiga," ujarnya. Kadispen Polda Jabar, Letkol Pol. Drs. Istanto Judihardjo mengatakan, masalah antara oknum polisi Polres Tasikmalaya dengan seorang ustadz dan dua santri Pesantren Condong, sebenarnya sudah selesai. Dijelaskan Kadispen, sebagai tindak lanjut adanya kasus tersebut, pimpinan Polres Tasikmalaya sudah memeriksa dan menahan empat oknum polisi yang diduga keras melakukan penganiayaan terhadap warga Pontren Condong tersebut. Ditegaskan, sesuai aturan hukum yang berlaku, jika ke empat oknum anggota Polri itu terbukti melakukan tidak pidana, mereka pasti akan ditindak. "Seperti yang ditegaskan Kapolda, pihak pimpinan Polda Jabar tidak akan melindungi anggotanya yang melakukan pelanggaran," ujarnya. Pada bagian lain, Kadispen mengimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terhasut isu-isu yang menyesatkan. Selain itu, ia pun meminta kepada media massa untuk tidak memuat isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Tasikmalaya lumpuh Dalam penjelasannya kepada para alim ulama di pendopo sekitar pukul 15.00 WIB kemarin, Danrem Moch. Yasin mengatakan, cara-cara yang dilakukan pengunjuk rasa sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran Islam. "Permasalahan tersebut sudah ditangani secara serius, dan terhadap oknum petugas sudah diambil tindakan," katanya. Sementara itu, buntut dari ulah oknum-oknum itu menimbulkan gelombang unjuk rasa yang dilakukan ribuan massa. Banyak toko rusak serta sejumlah tempat perbelanjaan dibakar dalam aksi unjuk rasa yang berlangsung sehari kemarin. Unjuk rasa yang dilakukan massa tersebut, merusak pula sejumlah bank, membakar dan merusak sekitar belasan kendaraan roda empat dan roda dua. Dalam pengamatan "PR", dua tempat peribadatan turut dibakar, dan empat tempat peribadatan lainnya dirusak. Beberapa toko elektronik yang dibakar di antaranya toko "Irama Jaya", "Jayakarta", "Matahari", "Yemima", salon "Asri", salon "Monalisa", toko "Logo", toko oli di Jl. Pancasila. Asap dari sejumlah toko yang dibakar mengepul di mana-mana. Akibat perusakan ini, Tasikmalaya bisa dikatakan mengalami kelumpuhan. Untuk menanganinya, ratusan petugas keamanan dari Kodim, Polres, Brigif 13 Galuh Kostrad, Brigif 301/Prabu Kiansantang Sumedang, Brigif Buaya Putih Banjar, dan Brigif Garut dikerahkan. Namun massa yang datang dari segala penjuru kota tersebut --Cibeureum, Singaparna, Kawalu, Ciawi, dan Indihiang-- sulit dikendalikan dan membuat suasana kota kacau akibat amukan massa. Massa yang mulai bergerak dari Mesjid Agung Tasikmalaya setelah bubar dari acara berdoa bersama dan pembacaan surat keprihatinan, langsung menuju kantor Polres Tasikmalaya. Sejumlah pemimpin massa berusaha menenangkan dan membubarkan massa, namun massa yang tidak puas bergerak terus menuju kantor polisi. Setelah tiba di Polres, kantor tersebut langsung dilempari batu, yang mengakibatkan dua anggota polisi --Serda Wahyu dan Serda Kurniawan-- terluka karena terkena lemparan batu. Sejumlah anggota polisi antihuru-hara terlihat berusaha menjaga massa agar tidak masuk ke kantor polisi. Karena tidak bisa masuk Mapolres, massa yang sudah sulit ditenangkan, akhirnya bergerak menuju pusat pertokoan sepanjang Jl. HZ. Mustofa. Petugas mencoba memecah kerumunan massa, namun massa yang datang semakin banyak dari Jl. Yudanegara akhirnya bergerak menuju ke Jl. HZ. Mutofa. Setidaknya, ratusan toko yang ada di sepanjang Jl. HZ. Mustofa, Jl. Cihideung, Jl. Pasarwetan, Jl. Panyerutan, Gg. Sabeulah, Jl. Sutisna Senjaya, Jl. Ahcmad Yani rusak akibat lemparan batu. Kendaraan yang dirusak dan dibakar di antaranya mobil boks bernomor polisi D 8390 AV, Vitara D 107 WB, mobil boks D 8638 VB, mobil D 8648 WF, B 1762 BG, D 169 WB, carry D 1459 WC. Danrem 062 Tarumanagara yang didampingi Dandim Letkol Inf. Uyun dan Bupati Tasikmalaya Suljana serta Walikota Eddi Hardhiana, SH, tampak berusaha menenangkan massa. Bupati Tasikmalaya menilai, unjuk rasa ini diduga sudah ditunggangi pihak ketiga. Ini terlihat dari melencengnya aksi tersebut, yakni massa melakukan pembakaran. Selain itu, menurut Bupati, mereka tidak mendengarkan lagi seruan ulama agar massa tenang dan tidak melakukan perusakan. Karena itu, Bupati minta kepada segenap umat Islam di Tasikmalaya agar tenang dan tidak terbawa emosi. "Serahkan segalanya kepada aparat dalam penanganan kasus ini," tuturnya. Garut tenang Sementara itu, keadaan umum di Kab. Garut --daerah tetangga Tasikmalaya-- terlihat tenang namun tetap dalam kondisi siaga penuh. Berdasarkan pemantauan "PR" sampai kemarin petang, jalan-jalan utama di Kota Garut tetap ramai seperti biasa. Namun demikian kesiagaan terlihat di beberapa pos polisi. Kesiagaan aparat Pemda Garut dan jajaran ABRI terlihat dari kesibukan mereka yang lain dari biasanya. Bahkan Dandim 0611/Garut, Letkol Art. Sjafriel Marasin, masih berada di kantornya hingga sore kemarin. "Meskipun keadaan tenang, namun kita siagakan seluruh jajaran untuk turun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bahkan saya minta kepada Bupati Garut untuk tidak tidur," ujar Sjafriel setengah berkelakar. Beberapa upaya telah dilakukan jajaran Kodim 0611/Garut untuk membendung kemungkian adanya rembetan dari peristiwa Tasikmalaya. Salah satunya adalah dengan meminta Yonif 303 untuk membantu turun ke lokasi, dan meminta Denpom untuk menutup jalur yang menghubungkan Tasikmalaya dan Garut. "Kita telah meminta Denpom untuk memperketat jalur Cipendeuy Malangbong, Tenjowaringin Salawu dan Cigintung Singajaya. Ketiga daerah tersebut merupakan akses masuk ke wilayah Garut dari Tasikmalaya," ujarnya. Untuk mencegah timbulnya keresahan di pesantren-pesantren yang ada di wilayah Garut, menurut Sjafriel, pihaknya telah menghubungi semua pengurus pesantren untuk menenangkan suasana. "Kami telah menghubungi beliau-beliau untuk menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan," tuturnya. Berdasarkan pemantauan "PR" di beberapa pesantren yang ada di Kab. Garut, suasana tampak tenang, bahkan Ponpes Al Musaddadiyah yang merupakan pesantren besar malah punya perhelatan. Selain menutup akses menuju ke Garut, Dandim 0611/Garut pun meminta jajaran OKP untuk turun menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan. "Kami minta kepada sekitar 400 anggota OKP untuk menjaga toko-toko di sepanjang Jl. A. Yani. Namun mereka tidak menggunakan pakaian seragam lapangan mereka," ujar Sjafriel. Hal itu, menurut Sjafriel, dimaksudkan bukan untuk menambah ketegangan di masyarakat. "Kalau mereka turun dengan seragam, saya takutkan masyarakat malah bertanya-tanya dan akhirnya akan menimbulkan keresahan baru di kalangan masyarakat," kata Sjafriel. Saluran telepon lumpuh Dampak lain dari aksi massa tersebut, sambungan saluran telepon dari dan ke Tasikmalaya lumpuh total. Tidak saja sambungan ke Kota Tasikmalaya tetapi juga ke Singaparna, Banjar, Ciamis, Pangandaran dan Garut tidak bisa dihubungi. Sumber di Telkom mengatakan, pihaknya sedang mengidentifikasi penyebab sulitnya komunikasi ke Tasikmalaya. Hanya saja bila dalam waktu 24 jam masih belum ditemukan, pihaknya akan melakukan change over sentral yang rusak dan mengalihkan ke sentral lain. "Tapi belum tahu ke sentral mana dialihkannya, itu masih dipelajari," ujarnya. Tetapi menurut Manager Comm & Legal Divisi Regional III Jawa Barat, Bambang Purnomo, sulitnya melakukan komunikasi ke Tasikmalaya bukan akibat dari adanya kerusakan transmisi Telkom, tetapi lalu lintasnya padat. Hal itu beralasan sebab dengan terjadinya unjukrasa tersebut, banyak keluarga di luar kota menghubungi ke Tasikmalaya, begitu pula sebaliknya.*** ----- End Included Message -----