From: John MacDougall Subject: IN: KMP - Gus Dur: Kerusuhan Bertujuan Menyudutkan NU To: apakabar@clark.net (John MacDougall) Date: Sat, 4 Jan 1997 19:51:45 -0500 (EST) http://www.kompas.com/9701/05/UTAMA/keru.htm Kompas Online Minggu, 5 Januari 1997 _________________________________________________________________ Ketua Umum PB NU : Kerusuhan dan Perusakan Bertujuan Menyudutkan NU Bandung, Kompas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdurrahman Wahid mensinyalir, berbagai kerusuhan dan perusakan yang terjadi akhir-akhir ini di Tanah Air merupakan suatu upaya untuk mendiskreditkan Nahdlatul Ulama, baik pimpinan maupun organisasi NU. Sinyalemen ini didasarkan pada kenyataan bahwa berbagai kerusuhan tersebut terjadi di daerah-daerah yang menjadi basis kekuatan NU seperti di Surabaya, Situbondo dan Tasikmalaya. "Mereka ingin menunjukkan, bahwa warga NU merupakan kelompok yang tidak bisa rukun dengan pihak lain," kata KH Abdurrahman Wahid dalam pertemuan persaudaraan antarumat beragama yang berlangsung di Bandung, hari Sabtu (4/1). Hadir dalam pertemuan antara lain pimpinan beberapa gereja di Jawa Barat dan Ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Barat Drs H Habib Syarief Muhammad. Menurut Gus Dur - panggilan akrab KH Abdurrahman Wahid -, berkaitan dengan terjadi berbagai kerusuhan tersebut, PB NU mengeluarkan tiga butir seruan. Pertama, agar warga NU bersikap tenang, waspada, dan berhati-hati untuk tidak terpancing atau terjebak dalam upaya-upaya yang bisa menimbulkan kerusuhan. Seruan kedua, aparat diminta untuk bertindak tegas dan melakukan pengusutan tuntas, disertai penanganan serius bagi pelaku-pelakunya. "Termasuk jika ada warga NU yang terlibat, tak perlu ragu-ragu dalam mengambil tindakan. Jadi kita ikhlaskan. Kalau ada warga NU yang salah, anggap saja ini tumor yang harus dipotong," kata Gus Dur. Sedangkan seruan ketiga, pengurus NU di segenap jajaran dan tingkatan agar melakukan pemantauan yang lebih teliti terhadap segala kemungkinan, termasuk menyusupnya unsur-unsur luar yang ingin mengacau dan melakukan kerusuhan di daerahnya masing-masing. "Jika perlu, melaporkan indikasi terjadinya kerusuhan tersebut kepada aparat keamanan," kata Gus Dur. Di Kediri dan Pekalongan Menurut Gus Dur, indikasi kerusuhan tersebut merupakan upaya untuk mendiskreditkan NU sangat kuat. "Kita memiliki bukti-bukti tentang para pelaku lokal di lapangan yang berupaya melibatkan warga NU," kata Gus Dur. Jika dilihat lokasi kerusuhan, lanjut Gus Dur, semuanya merupakan basis kekuatan NU seperti peristiwa 9 Juni di Surabaya, kerusuhan 10 Oktober di Situbondo, dan kerusuhan 26 Desember di Tasikmalaya. Apalagi kerusuhan serupa, demikian Gus Dur, hampir meledak di Blitar dan Wonosobo, walaupun akhirnya berhasil digagalkan. "Minggu lalu saya berteriak-teriak, awas kerusuhan di Blitar. Peringatan itu didengar, sehingga beberapa ratus orang yang sudah terpengaruh langsung berbalik dan mencari orang-orang yang telah menghasut untuk melakukan kerusuhan itu," kata Gus Dur. Paling takut Menurut Gus Dur, terjadinya kerusuhan bukan hanya menakutkan kaum minoritas, tetapi juga kaum mayoritas. "Artinya orang yang mayoritas takut itu seperti saya. Saya takut jika keadaan itu lepas kendali dan terjadi pertumpahan darah disertai kekacauan besar-besaran," kata Gus Dur. Jika ini terjadi, sambung Gus Dur, pemerintah dan sejarah akan menghukum gerakan-gerakan Islam sebagai pihak yang bertanggung jawab. Padahal NU sebagai salah satu gerakan Islam sama sekali tidak pernah berpikir dan merencanakan kegiatan seperti ini. Bahkan NU yang paling takut terjadinya kegiatan semacam ini." Walaupun keadaan saat ini sudah nggak karuan, kata Gus Dur, jangan sampai umat beragama berputus asa. Justru pada saat seperti ini, diperlukan kesungguhan kita, ketegaran kita, ketegasan sikap kita untuk mewujudkan cita-cita bersama atas dasar kepentingan bersama. Semua pihak harus merasa bertanggung jawab untuk memelihara ketertiban dan kerukunan hidup beragama. "Jika sampai terjadi kerusuhan antar umat beragama, maka tanggung jawabnya bukan kepada manusia lagi, tetapi kepada Tuhan. Sebab kita diberi tugas oleh Tuhan untuk menciptakan perdamaian, tetapi ternyata kita gagal mewujudkannya," kata Gus Dur. (thy) ----- End Included Message -----