From: John MacDougall Subject: IN: PMB - Tak Ada Santri yg Terlibat Kerusuhan Tasik To: apakabar@clark.net (John MacDougall) Date: Tue, 31 Dec 1996 20:20:32 -70100 (EST) SUARA PEMBARUAN ONLINE ---------------------------------------------------------------------------- Wakil Gubernur Jabar HM Sampurna: Tak Ada Santri Yang Terlibat Kerusuhan Tasikmalaya Tasikmalaya, 30 Desember Wakil Gubernur Jawa Barat HM Sampurna menegaskan, sama sekali tidak ada santri yang terlibat dalam kerusuhan di Tasikmalaya. Kerusuhan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal tersebut diungkapkan Wakil Gubernur dalam pertemuan dengan ulama, tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh agama lainnya di Tasikmalaya, Senin (30/12) siang. Hadir dalam acara itu Pangdam III Siliwangi Mayjen Tayo Tarmadi, Kapolda Jabar Mayjen Pol Drs Nana Permana, Bupati Tasikmalaya Suljana, dan tiga Anggota Komnas HAM. Ketiga anggota Komnas HAM yang hadir ialah Prof Charles Himawan, SH, Dr Albert Hasibuan, SH, dan Mayjen Pur Samsudin. Menurut rencana, seusai pertemuan tiga anggota Komnas HAM akan langsung terjun ke lokasi bekas kerusuhan. Dalam kesempatan tersebut Kapolda Jabar Nana Rukmana mengatakan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia ialah mempertahankan eksistensi bangsa, karena itu pula semua pihak harus mewaspadai munculnya kerawanan-kerawanan sosial. Dalam kesempatan itu Kapolda Jabar Mayjen Pol Nana Permana mengatakan, pihak kepolisian tidak akan mempersulit para pengusaha untuk meminta laporan tentang kerusakan akibat kerusuhan 26 Desember. Sepanjang kerusakan barang-barang akibat peristiwa itu benar dan sesuai dengan barang bukti, maka pihak kepolisian akan memberikan keterangan. Para pengusaha tidak perlu khawatir. Laporkan saja barang-barang rusak itu kepada pihak kepolisian, sesuai dengan barang bukti. Keterangan ini diperlukan pengusaha untuk diteruskan kepada pihak asuransi. Masih Sulit Para pengusaha di Tasikmalaya tampaknya masih sulit untuk membuka usahanya akibat kerusuhan yang terjadi 26 Desember lalu yang telah merusak dan membakar ratusan barang dan pertokoan mereka. Para pengusaha lebih mengkonsentrasikan pada soal-soal kerugian, rehabilitasi dan pembangunan kembali bangunan pertokoan. Masalah ini dilontarkan sejumlah pengusaha yang naas itu kepada Pembaruan hari Minggu (29/12) dan Senin (30/12) pagi. "Meski bangunan toko ini diasuransikan, namun prosesnya tidak gampang berurusan dengan pihak asuransi. Selain harus ada laporan tertulis sebab-sebab kebakaran gedung pertokoan ke pihak kepolisian, juga pihak asu-ransi akan meneliti sebab-sebab kebakaran gedung," kata Ahmadi (48), pengusaha toko swalayan di Jalan HZ Mustofa, Tasikmalaya. Dalam kasus ini, para pengusaha di Tasikmalaya berharap banyak agar proses administrasi dengan kepolisian tidak berbelit-belit. Begitu pula pihak jasa asuransi diharapkan tidak mempersulit pengusaha. "Kami ingin segera membangun kembali gedung pertokoan yang telah hancur ini," tambah pengusaha lainnya. Keluhan pengusaha lainnya, yang umumnya berkantor pusat di Bandung dan Jakarta seperti dealer Toyota Sinar Mas, pusat swalayan dan bank masih menunggu keputusan pimpinan mereka. "Kami hingga kini belum menerima perintah untuk membangun kembali gedung-gedung yang telah rusak ini. Jangankan masalah tenaga kerja, urusan kami dengan pemilik barang-barang dagangan saja masih sulit terselesaikan. Barang-barang dagangan Toserba ini merupakan barang titipan, tentunya laporannya harus jelas. Sementara itu, dokumentasi/faktor kontrak jual beli barang juga ikut terbakar, akibat kerusuhan 26 Desember lalu. Entahlah sampai kapan toko ini bisa dibangun kembali. Apalagi berpikir untuk mempekerjakan kembali para tenaga kerja," ungkap sejumlah pengusaha yang berlokasi di Jalan HE Mustofa, Jalan Detoran, Jalan Veteran dan Jalan Cihideung. Lebih celaka lagi, kata mereka, barang dagangan yang sudah hangus terbakar akibat kerusuhan kemarin harus ditanggung sendiri tanpa ada kebijaksanaan dari pemilik barang. Dengan kata lain, usaha mereka tentunya akan bangkrut, lalu gulung tikar tidak bisa dihindari lagi. Masalah ini ditanyakan sehubungan banyak tenaga kerja yang menganggur/kehilangan pekerjaan, akibat peristiwa 26 Desember. Para pekerja tentunya akan menunggu pekerjaan terlalu lama sebelum pengusaha membangun kembali gedung-gedung pertokoan mereka. (125/A-14) ----- End Included Message -----