From: John MacDougall Subject: IN: SM - Kekerasan dalam Kantong-kantong NU To: apakabar@clark.net (John MacDougall) Date: Mon, 30 Dec 1996 20:03:33 -0500 (EST) [SUARA MERDEKA] Senin, 30 Desember 1996 Rapat Pleno PBNU Gus Dur Singgung soal Tindak Kekerasan di Kantong-kantong NU JAKARTA - Terjadinya tindak kekerasan akhir-akhir ini termasuk di Situbondo dan Tasikmalaya, mendapat perhatian Ketua Umum PBNU KH Abdurrahman Wahid ketika menyampaikan pidato pada pembukaan rapat pleno PBNU, Sabtu malam di Jakarta. Menurut Wakil Sekjen PBNU Drs H Arifin Junaedi, ketika memberikan pengantar laporan PBNU di depan rapat, Gus Dur - panggilan akrab KH Abdurrahman Wahid - menyinggung tindak kekerasan yang antara lain juga terjadi di kantong-kantong NU. ''Akar permasalahan dari semua itu adalah karena kesenjangan sosial yang semakin melebar,'' katanya menjawab pertanyaan Suara Merdeka di Jakarta, kemarin. Di luar itu, lanjut Arifin mengutip pernyataan Gus Dur, nampaknya ada kesengajaan menjadikan tindak kekerasan di kantong-kantong NU itu untuk menunjukkan pimpinan NU seolah-olah tidak mampu lagi mengendalikan warganya. Tetapi, lanjut Wakil Sekjen PBNU itu, karena yang terjadi bukan seperti itu, kredibilitas pimpinan NU tetap baik. ''Karena untuk mengatasi peristiwa itu, aparat mengajak ulama NU turun tangan, dan ternyata berhasil''. Arifin juga menegaskan, NU tidak akan membentuk tim menyangkut peristiwa di Tasikmalaya tersebut. ''Karena sudah ditegaskan berulang-ulang oleh Pangdam Siliwangi bahwa tindak kekerasan yang terjadi di Tasikmalaya itu tidak dilakukan oleh para santri,'' jelasnya. Sampaikan Rekomendasi Sementara itu, rapat pleno PBNU dalam rangka akhir tahun 1996 berlangsung selama tiga hari, dimulai Sabtu malam dan berakhir hari ini. Acara yang dibuka Rais Aam KH Ilyas Ruchiyat, dihadiri delapan puluh orang pengurus PBNU yang terdiri atas tanfidziyah, syuriyah, dan para ketua lembaga otonom di bawah NU. Direncanakan, sebagai hasil rapat pleno akan dikeluarkan sebuah tausiah atau rekomendasi. ''Apa isi rekomendasi tersebut, baru akan jelas besok (hari ini),'' jelas Arifin Junaedi. Selain mendengarkan laporan PBNU yang disampaikan Sekjen Drs Achmad Bagja dengan pengantar Ketua Umum Tanfidziyah, peserta rapat juga mendengarkan khotbah iftitah yang disampaikan Rois Aam KH Ilyas Ruchiyat. Dalam khotbah itu KH Ilyas Ruchiyat meminta rapat pleno dapat dijadikan sarana untuk melakukan evaluasi diri, berkenaan dengan berbagai peristiwa yang terjadi sepanjang tahun 1996. Sepanjang hari Minggu kemarin, rapat pleno mendengarkan pemandangan umum dari anggota pengurus tanfidziyah dan syuriah serta pimpinan badan otonom di bawah NU. (nas-23) ----- End Included Message -----