From: John MacDougall Subject: IN: RPK - Kapolres Tasik: Kami Jadi Sasaran Kemarahan To: apakabar@clark.net (John MacDougall) Date: Mon, 30 Dec 1996 19:56:38 -0500 (EST) [Republika Online] Senin, 30 Desember 1996 Kapolres Tasikmalaya: Kali Ini Kami Jadi Sasaran Kemarahan Kapolres Tasikmalaya Letkol R Suherman merasa mendapat cobaan berat dengan meletuskan kerusuhan di kota itu. Berikut ini wawancara Republika dengan Suherman seusai dialog Kasdam Siliwangi dengan Ulama, Ormas, dan kalangan Perguruan Tinggi di Pendopo Kabupaten Tasikmalaya, Sabtu (28/12) malam. Saat kerusuhan, Anda mencoba menenangkan massa. Bagaimana perasaan saat itu? Polisi tak bisa berbuat banyak. Karena kami yang menjadi sasaran. Namun saya tetap berupaya untuk menenangkan mereka dengan risiko apa pun. Bisa dibayangkan, kami yang biasanya bertugas mengamankan kali ini sekaligus menjadi objek kemarahan. Karena itu, saya instruksikan agar petugas tidak ada perlawanan. Selaku pimpinan, saya mencoba memberanikan diri menenangkan mereka. Waktu saya bicara, batu beterbangan. Tapi alhamdulillah, tak satu pun yang kena badan saya. Kalau misalnya, saya sampai terjatuh atau terkena lemparan, bagaimana reaksi anak buah saya? Apakah mereka akan membiarkan atasannya menjadi bulan-bulanan massa? Kalau itu terjadi, saya yakin bentrok fisik akan terjadi lebih parah. Yang lebih parah lagi, gudang (senjata -- red) bisa dibongkar. Kalau sudah begitu, saya bayangkan apa yang akan terjadi. Tapi alhamdulillah hal itu tak terjadi. Setelah massa tenang, saya merasa lemas. Ini agaknya sesuai dengan doa saya saat nisfu sya'ban. Saat itu, setelah dua hari kerja lembur, saya berdoa, "Ya Allah, beri hambaMu kekuatan untuk menerima cobaanMu, dan jangan timpakan cobaan yang tak dapat hamba menanggungnya.' Bagaimana dengan penilaian kurangnya antisipasi dari petugas? Kalau ada yang mengatakan kami tak sanggup mengatasi masalah ini, kami sebisa mungkin mengatasinya. Apalagi kami juga sebagai objek. Kejadiannya mendadak dan menyebar, tidak seperti peristiwa 27 Juli. Tapi kami tetap bisa memonitornya. Adakah di antara yang ditangkap termasuk santri? Kami belum meneliti lebih jauh. Bagaimana penanganan petugas pascakerusuhan? Sampai saat ini masih dilihat faktanya saja. Jadi masih pidana murni. Tapi kalau perkembangannya ada hal-hal lain, akan kita lihat. Untuk internal kepolisian sendiri? Yang kami lakukan sekarang adalah memotivasi aparat agar kepercayaannya pulih dan siap bertugas di lapangan lagi. Saya menyadari, adanya rasa was-was. Bagaimana memulihkan citra di masyarakat? Kita bertahap. Yang penting sekarang memotivasi dulu. Setelah kerusuhan ini terlihat kebingungan polisi, karena kantor-kantor rusak. Bingung mau berbuat apa? Tapi ternyata masyarakat ada yang membantu memperbaiki kantor atau menyediakan tempat untuk kantor. Ini sebetulnya menunjukkan nggak ada masalah antara masyarakat dan polisi. Kejadian ini serempak menjalar di beberapa tempat. Apakah terlihat sumbu-sumbu pemicu di beberapa tempat yang telah disiapkan sebelumnya? Bisa saja begitu. Tapi saya belum bisa menentukan ke arah sana. ^¿ pry/irf ----- End Included Message -----