---------- Forwarded message ---------- Date: Fri, 27 Dec 1996 15:50:09 -0500 (EST) From: indonesia-l@igc.apc.org To: apakabar@clark.net Subject: IN: RPK - Ulama Sesalkan Kerusuhan Tasikmalaya INDONESIA-L http://www.republika.co.id/9612/27/27XTASIK.012.html [Republika Online] Jum'at, 27 Desember 1996 Ulama Sesalkan Kerusuhan Tasikmalaya JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dalam siaran persnya, menyesalkan dan mengutuk kasus pembakaran sejumlah bangunan, termasuk pasar swalayan dan tempat ibadah di Tasikmalaya, Jawa Barat, kemarin (26/12). Seperti dilaporkan Antara, dalam siaran pers yang ditandatangani KH Abdurrahman Wahid (ketua umum) dan Achmad Bagja (Sekjen), PBNU menyatakan, peristiwa itu sebagai tindakan emosional yang tidak bertanggungjawab serta dapat mengganggu stabilitas, persatuan dan kesatuan, serta ukhuwah sesama komponen bangsa. Kemarin, ribuan massa di Tasikmalaya melakukan kerusuhan. Kejadian ini merupakan reaksi atas penganiayaan yang dilakukan sembilan oknum polisi terhadap tiga guru mengaji di Mapolres setempat (Republika, 26/12). PBNU menegaskan, tidak semestinya peristiwa itu terjadi apapun alasannya, dan dengan tegas mengutuk peristiwa tersebut meskipun mungkin saja di antara para pelaku terdapat warga Nahdlatul Ulama. Sikap tegas ini dinyatakan PBNU sebagai tanggung jawab moral dan rasa keprihatinan yang mendalam atas masih adanya kelompok masyarakat yang mengatasnamakan agama dengan melampiaskan luapan emosinya melalui cara-cara yang merugikan kelompok lain. Di akhir pernyataan persnya, PBNU mengajak semua pemuka agama dan masyarakat serta pemerintah dan aparat keamanan untuk mawas diri dan meningkatkan peran dan tanggungjawabnya agar peristiwa semacam itu tidak terulang lagi. Sedangkan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia KH Hasan Basri mengimbau kepada umat Islam, terutama yang ada di Tasikmalaya, agar tenang, jangan emosional, dan tetap berpikiran jernih. "Jangan sampai kita merugikan diri sendiri. Kita jangan menjadi kayu bakar yang mudah disulut," ujarnya. Kepada umat lain, Hasan Basri mengimbau agar mereka dapat memahami kondisi masyarakat setempat. "Marilah kita semua sama-sama berhati dingin. Dalam kehidupan masyarakat yang majemuk ini, kita harus menghargai satu sama lain," kata KH Hasan Basri. Seharusnya, katanya, semua belajar dari kejadian di Situbondo dulu. "Semua pihak harus ingat itu," ujarnya. Salah satu tokoh NU, KH Ali Yafie meminta agar pemerintah segera menangani masalah ini. "Kita semua percaya pada pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah harus menegakkan hukum secara adil. Kebenaran dan keadilan harus tegak di negara hukum ini," ujarnya. Ali Yafie sangat menyesalkan peristiwa ini dan mengimbau agar semua harus mampu menahan diri serta tidak mudah terpancing. "Dalam situasi seperti ini umat Islam jangan sampai kalap. Sebab itu malah bisa menyudutkan dan merugikan kita sendiri," tuturnya. Ketua PP Muhammadiyah M. Amien Rais juga sangat menyesalkan kejadian ini. "Itu jelas harus disesalkan dan harus dikutuk," ujarnya. Alasannya, menurut Amien, kejadian itu jelas sangat merugikan banyak pihak. Wakil Ketua PP Muhammadiyah Lukman Harun menghimbau agar umat Islam tidak mudah terpancing dan tetap memelihara persatuan dan stabilitas nasional. Baginya, tidak mustahil kejadian ini ditunggangi oleh orang-orang yang ingin mengganggu ketenangan dan ketertiban masyarakat. "Kita percayakan pada alat negara untuk menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku," katanya. Adapun kerusuhan itu bermula dari isu dan selebaran tentang meninggalnya Ustadz Drs. Mahmud Farid (38) -- korban penganiayaan dan pengasuh Pondok Pesantren Riyadhul Ulum Wadda'wah. Kerumunan mulai terjadi di Masjid Agung pukul 09.00 untuk mengadakan doa bersama. Danrem Kol. HM Yasin, Dandim Letkol Yuyun, dan Kapolres Letkol Suherman berusaha menenangkan massa. Kapolres sempat meminta maaf atas perilaku bawahannya. Pukul 11.00 massa mulai keluar masjid dengan merusak markas Polres yang terletak di samping masjid, juga toko-toko, kendaraan, gereja, maupun kantor-kantor polisi. Kerusuhan juga sempat merembet ke Ciamis. Aparat keamanan segera turun tangan, bahkan menurunkan prajurit dari Brigif 323. Hingga pukul 20.30 masih terjadi kerusuhan, markas Brimob pun dirusak --gapura dibakar. Polsek Singaparna dan Kawalu kena amukan massa. Hampir seluruh bank non pemerintah dirusak. Hingga pukul 18.00 ada 23 toko yang dirusak -- belasan di antaranya dibakar massa. Menurut catatan polisi ada 18 mobil juga dirusak. Banyak masyarakat yang takut keluar-- walaupun sebagian menikmatinya dengan menonton. Mobil-mobil yang lewat memang selalu dicegat massa. Sampai saat ini belum tercatat korban jiwa. Hanya ada empat polisi yang luka akibat kena lempar. Kejadian ini di luar rencana Pemda setempat -- juga pihak kepolisian -- dengan para alim ulama yang akan membahas masalah ini pada hari Jumat (27/12) ini. Sebenarnya seluruh kiai diminta agar mereka mewanti-wanti santrinya untuk tak hadir dalam acara di Masjid Agung pagi itu. "Kalaupun hadir mereka diminta menggunakan tanda khas, janur kuning di lengan," tutur Bupati Tasikmalaya Sulyana Wirahadi Subrata kemarin (26/12) malam. Menurut pengamatan polisi, saat kerusuhan dimulai hampir tak ada massa yang mengenakan tanda janur kuning. Seorang penonton memberi komentar, "Kita tak tahu apakah mereka santri atau bukan. Saya lihat ada yang mabuk," tutur seorang karyawan Bappindo. "Sebagian malah bertato," kata Asep Rasyid karyawan Pemda Tasikmalaya. Menurut Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Tayo Tarmdi dalam jumpa persnya di Tasikmalaya, pihaknya telah mendatangkan 4 SSK -- dua di antaranya dari Brimob. Hingga senja, tentara memang hanya berjaga-jaga di tiap perempatan sekitar lima orang. Mereka mencoba mengusir penonton dan massa. Menurut Kapolda Mayjen Nana Permana, kerusuhan itu telah didalangi oleh pihak ketiga. "Sejak semula seluruh aparat polisi, pemda, dan ulama telah bermusyawarah. Dan pelakunya telah dikirim ke Denpom Garut Selasa (24/12). Tapi kerusuhan akhirnya muncul," kata Nana. Untuk mengantisipasi kerusuhan itu, di malam hari Pangdam mengeluarkan ultimatum. Bila hingga pukul 21.00 masih ada yang melakukan kerusakan, maka pihaknya akan melakukan tindakan tegas. Di malam hari Tasikmalaya memang masih ramai dengan konvoi sepeda. Bagi Ali Yafie, "Tindakan sembilan polisi yang menganiaya tiga pengasuh pesantren itu sangat memprihatinkan. Ini berarti hukum belum tegak dengan baik di negeri ini." Sedangkan Amien Rais menyatakan, "Peristiwa seperti itu menunjukkan betapa gegabahnya sebagian aparat kepolisian kita." Menurutnya, sembilan polisi itu tidak memiliki pemikiran matang. "Mereka tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan itu bisa menyulut sebuah kejadian yang akan bisa lepas kendali," ucapnya. ^¿ kin/bdp/irf/ant ----- End Included Message -----