WARGA KETURUNAN ANCAM TINGGALKAN AMBON
Kurang lebih 100 pengusaha warga keturunan khususnya Tionghoa mengancam untuk segera meninggalkan Ambon dan akan membuka usaha
di daerah lain sebagai akibat daripada kerusuhan Ambon pada tanggal 27 Juli 1999, dimana kurang lebih 102 rumah toko
(ruko) rusak/terbakar dan 40 buah di antaranya dijarah oleh masa Muslim yang melakukan penyerangan saat
itu. Hal tersebut disampaikan dalam pernyataan sikap mereka dalam pertemuan dengan Gubernur
Maluku, Pangdam Pattimura dan Kapolda Maluku pada tanggal 30 juli 1999.
Dalam pernyataan tersebut mereka juga menyatakan sangat menyesalkan tindakan dari aparat keamanan yang sengaja membiarkan masa kelompok
Muslim melakukan pengrusakan, pembakaran dan penjarahan terhadap rumah, toko dan barang-barang milik
mereka.
Pernyataan sikap warga keturunan Tionghoa ini untuk kesekian kalinya menunjukan bahwa aparat keamanan benar-benar terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam kerusuhan Ambon (Maluku).
Namun baik Pangdam maupun Kapolda tetap menyangkal keterlibatan aparatnya. Penyangkalan mana merupakan suatu bukti bahwa ada
indikasi yang kuat aparat kemanan ikut merekayasa terjadinya kerusuhan Ambon (Maluku) disamping para provokator yang disebut-sebut sebagai kambing
hitam, namun sulit diungkapkan oleh aparat keamanan sendiri.