Ketika aku sedang mengikuti kebaktian, kami para tahanan unjuk
rasa diminta keluar
karena ada tamu rombongan DR. Adnan Buyung Nasution,
SH, sesuai dengan pemberitahuan
sebelumnya. Jumlah rombongan ada sekitar
20 orang, di antaranya
Machyudanil, SH, Alamsyah, SH, Siburian, SH, Alden
Tua Siringoringo, SH,
dan beberapa wartawan.
Pertemuan diadakan di aula LP. Banyak juga pegarai LP mengikuti
pertemuan itu, mereka
ingin mengenal Adnan Buyung dari dekat. Bang
buyung mengatakan agar
kami jangan ada yang menyesal. Sebab apa yang kami
perjuangkan adalah nasib
rakyat. Dan ditambahkannya, buruh seharusnya
mendapat bintang pembangunan,
kerna selama 25 tahun buruh telah memberi
sumbangan terbesar.
Semua kami yang 11 orang merasa dikuatkan atas
kedatangan rombongan.
Ketika aku menuju kamar pulang dari pertemuan, aku lihat kotoran
kotoran manusia (taik)
bertaburan di depan kamarku. Baunya menyengat,
membuat perutku mual.
Aku dapat penjelasan dari PP (Pembantu Pegawai),
septic tank sudah bobol.
Karena itu kotoran dari blok sebelah blok E,
terpaksa keluar dari
jalurnya. keadaan itu terjadi sehari-hari, aku
rupanya tidak memperhatikannya
selama ini.
Seusai apel siang, aku diperkenalkan Jannes dengan Tengku Rahman,
tokoh GPK Aceh.
Ia tidak mau disebut GPK Aceh. "gerakan kami adalah
GAM atau Gerakan Aceh
Merdeka" tukasnya. Selanjutnya dijelaskannya
bahwa GAM adalah kekecewaan
melihat pelaksanaan pembangunan di Aceh.
Dari segi manapun, terutama
agama, sosial budaya dan ekonomi, tidak ada
ciri khas yang memperlihatkan
Aceh sebagai daerah isitimewa. jadi
dasar tuntutan kami
adalah keadilan sosial yang bersumber dari Pasal
18 UUD 1945. Namun
dalam perjalanan perjuangan, ada yang melebar,
tuntutan ingin menjadi
Republik Islam Aceh. Namun itu jumlahnya tidak
banyak. yang kami
sayangkan, tuntutan kami tidak pernah didengar, kami
yang didorong menjadi
istilah GPK, dan banyak rakyat yang dibunuh.
Kepada Tengku yang dihukum 8 tahun ini aku katakan "selama ini
aku terpengaruh istilah
GPK, dan aku dulu termasuk orang yang membilang
untung ada ABRI menjaga
Aceh". Kemudian kusambung dengan pernyataan
"berarti perjuangan
kita sama".