Hari-hariku di LP Tanjung Gusta
Jumat, 16 September
1994.
-------------------------
Selesai makan siang, kami kedatangan tamu PNB HKBP atau
pengurus pemuda
gereja HKBP sekotamadya Medan. Mereka berjumlah
19 orang, dipimpin
Simanjutak. Kami mengadakan percakan sharing
dan refleksi.
Mereka ingin tahu pengalaman nyata yang dihadapi
buruh dan apa
yang dapat mereka lakukan membantu buruh. dari
kalangan, yang
banyak memberikan penjelasan adalah Amosi Talamba-
nua, Riswan Lubis,
Parlin Manihuruk dan Jannes Hutaharan.
Ada yang menarik dan mengembirakan hatiku, semua temanku
sikapnya tegar,
tidak menyesal, dan penjara ini dianggap sebagai
pendidikan tertinggi
dan mahal harganya. Dan tetap bertekad akan
melanjutkan perjuangan
memperbaiki nasib buruh Indonesia. Menurut
penuturan teman-temanku,
penjaralah gambaran sebenarnya wajah
penegakan hukum
Indonesia, serta realitas pelaksanaan hukum
Indonesia.
Semua kami sepaham, perlakuan yang keji dari polisi
sasaran utama
perubahan. Selain kekejian, perlakuan polisi banyak
melanggar hukum.
Mereka boleh main judi, minuman keras , dan
bermain sex dengan
tahanan perempuan. ini harus diperbaiki. Namun
tetap dipesankan
kepada teman-teman pemuda, penjara jangan dibuat
momok penghalang
berjuang untuk kebenaran, keadilan dan rakyat
kecil.
Kelihatanya para pemuda gereja ini pulang dengan suatu
sikap optimis
berjuang. Mereka akan melakukan sesuatu, suatu
tanda keadilan
atas kebebasan yang mereka miliki. Menghantar
mereka
pulang aku yang memimpin doa.
(sumber: Jurnal Muchtar Pakpahan, INDONESIA-L: apakabar@clark.net)
(Hari-hariku di LP Tanjung Gusta)