Inilah hari terakhirku menghuni RTP Poltabes yang bagaikan rumah
setan itu. Setelah
aku terbangun dari tidurku, aku yakin benar, hari
itu aku akan dibawa
keluar dari RTP. hal itupun sudah kuberitahukan
kepda teman-temanku
sesama tahanan. Hatiku menerima bisikan roh Tuhan
bahwa aku akan dibawa
ke LP (Lembaga Pemasyarakatan) Tanjung Gusta.
Biasanya tahanan dibawa paling lambat jam 11.00. Jam 10.00
hari itu, Ahok dari
blok A sudah dibawa. Hingga jam 12.00 aku belum
dibawa, aku sudah mulai
ragu bisikan roh Tuhan itu. Sehabis makan siang
jam 12.30, aku tidak
berfikis untuk dibawa lagi, tapi mempersiapkan diri
menerima perpanjangan
tahanan.
Jam 15.00 aku berlutut berdoa kepada Tuhan, aku katakan "kalaupun
akku masih ditahan di
sini mampukah aku menerima keadaan ini, dan biar
lah semuanya demi kemuliaan
namaMu. Ketika aku masih sedang berdoa, Purba
petugaskepolisian membuka
selku dan mengatakan bersiap-siap akan dibawa
ke kejaksanaan.
Purba ikut mengemasi barang-barangku, akupun meninggal
kan sel yang penuh dengan
penyiksaan itu dengan doa "Tuhan, beri aku
kemampuan dan hikmat
menghadapi semua tantangan ini dan kiranya semua
itu demi kemuliaan namaMu.
Di luar, mobil Jeep Jimmy yang dikemudikan Letda Pol Syahrin
Siregar sudah menunggu.
Dengan mobil itulah aku dibawa ke Kejaksaan
negeri Medan.
Di sana aku dihadapkan di meja Manik. Di sana kami
melakukan pembicaraan
santai dan canda. Barulah aku merasakan sedang
berada di bumi Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Aku
bagaikan seorang Jahudi
yang baru lepas dari bumi negara Nazi.
Jam 18.30 aku tiba di LP Tanjung Gusta. Aku diantar oleh Jaksa
manik dan Panjaitan.
Aku merasakan ada persahabatan, dan aku memahami
mereka berdua sedang
menjalankan tugas. Di LP Tanjung Gusta ketemu pula
dengan Butar-Butar,
temanku satu SMA dan sama-sama alumni dari F.H. USU.
Cara mereka menerimaku
, membuatku makin merasakan bahwa aku kembali
ke pangkuan ibu pertiwi
Republik Indonesia. "Terpujilah nama Mu Tuhan",
itulah yang kuucapkan
dalam hati berulang-ulang.
Karena sudah malam, dokter tidak ada, administrasi tutup, sesuai
dengan aturan, aku ditempatkan
di Karantina. Di Karantina aku bertemu
dengan Ahok dan ada
dua orang lagi tahanan. Setelah aku mandi, kami
berempat makan bersama,
dan kami minum air yang disediakan Komandan Jaga
Silalahi.
Sehabis makan malam, datanglah Tarigan petugas LP ngobrol-ngobrol.
Dialah orang yang pertama
mengajak aku ngobrol-ngobrol, dan kemudian
menjadi sahabat baikku.
Ia bertugas di bidang pembinaan. Kemudian
setelah itu datang lagi
G.P. Saragih, yang kemudian kuketahui ia adalah
KPLP (Kepala Pengamanan
Lembaga Pemasyarakatan)> Walaupun alamnya
sudah kembali ke Republik
Indonesia, tetapi karena suasananya baru,
saya tidak dapat tidur.
Kulaluilah malam itu tanpa tidur.