Jam 07.15 sehabis apel pagi, pintu sel dibuka. Teman-temanku
tahanan unjuk rasa menyalamiku,
rupanya kami ditempatkan satu Blok.
Mereka adalah Amosi
Telaumbanua, Riswan Lubis, Soniman Lagau, Fatiwanolo
Zega, Sudiman Zega,
Sugiono. Ir. Parlin Mannihuruk, dan Ir. Jannes
Hutahaean. Kami
ngobrol-ngobrol sejenak, mengevaluasi semua sandiwara
hukum dan peradilan
ini. Kesimpulannya, kami semua bertekad tidak
berhenti berjuang.
Jam 09.00, aku dipanggil menghadap ke bagian registrasi. Di sana
aku disidik dan mengisi
beberapa perlengkapan. Di registrasi aku bertemu
dengan SAragih dkk,
mereka inipun memperlihatkan rasa persahabatan. Aku
senang berkenalan dan
bersahabat dengan mereka. Selesai urusan di
registrasi, banyak petugas,
narapidana dan tahanan yang berkenalan
dengan aku.
Siangnya jam 12.00, rekan-rekanku yang merangkap Pengacaraku
datang berkunjung.
Mereka adalah Siburian, Alamsyah, Asmadinata, Eliasa,
dll, ikut pula adikku
Nurliana Marpaung dan Mamak Berto Hutauruk. Kalau
tidak salah, mereka
ada 10 orang. Hari itulah pertama kali aku bebas
menerima tamu.
Saat itu kuterima juga surat dari rekanku Pdt. Nico Gara,
dari Manado. Satu
bagian penting dari suratnya bertanggal 16 Agustus
1994 itu adalah "Tetapi
sekalipun kamu harus menderita juga karena
kebenaran, kamu akan
berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa
yang mereka takuti dan
janganlah gentar"/
Malam harinya aku menulis surat ke seluruh buruh, agar buruh
jangan takut dan jangan
berkecil hati, perjuangan masih panjang.